Keesokan harinya, Alyn baru saja bangun dari tidurnya. Satu hari satu malam ia habiskan hanya dengan meratapi kehidupannya yang sangat menyakitkan tentang kisah cintanya dengan suaminya itu.
Pagi itu, langkah Alyn masih tertatih. Tapi, dia tetap berusaha untuk hidup normal seperti biasanya.
Ia menyalakan kompor untuk membuat sarapan bubur untuknya.
Api sedang menghangatkan wajan yang ia isi dengan secangkir beras dan air mendidih. Perlahan Alyn mengaduk adonan bubur itu dengan pandangan mata yang masih kosong.
Kegiatannya pagi itu di jeda sesaat setelah ia mendengar suara ponselnya tak henti berdering.
Alyn memilih untuk mengangkat telpon itu terlebih dahulu sambil menunggu bubur yang ia pasak jadi lunak.
"Hallo?"
"Alyn? Akhirnya kamu mengangkat telponku juga."
Alyn berusaha menegarkan hatinya dengan berpura-pura baik-baik saja.
"Ada apa kamu menghubungiku, Zayyan?"