Angin menjalari seluruh tubuh Zayyan. Ia membiarkan Kayla memakai jaketnya, sedangkan ia mengabaikan tubuhnya terhempas oleh deburan angin malam.
Kesedihannya malam itu membuat Zayyan lupa akan rasa dingin di sekitar.
Sambil menenggelamkan kedua tangannya kedalam saku celananya, Zayyan berjalan lirih di pusat kota untuk kembali pulang ke hotelnya.
Ia memikirkan detik-detik bagaimana Kayla begitu teguh akan pendiriannya terhadap Igho.
Zayyan kecewa berat. Namun ia tak bisa berbuat apa-apa karena dia sama sekali tidak terikat tali apapun juga dengan Kayla.
Tapi entah kenapa rasa itu semakin sesak seperti melilit di dalam perlintasan lehernya.
Semua bayangan itu tiba-tiba hilang dan punah saat suara ponselnya berdering dengan nyaring.
Zayyan segera menarik ponsel itu di dalam kantung celananya.
"Ya, ada apa Dit?"
"Kamu dimana sih, Zay?"
"Buat apa kamu nanyain posisi aku sedang dimana? Rindu ya?"