Alyn terengah-engah berlari melewati setiap lorong rumah sakit.
Keringat kecil mulai bermunculan, dan nafasnya sudah sulit untuk di kondisikan.
"Huft," Ia langkah kaki Alyn terjada saat tujuannya sudah ada di depan mata yaitu bertemu dengan ayahnya.
"Kenapa kamu berlari-lari seperti itu, sayang?" tanya Mana pada putrinya yang tertunduk lemas sambil memegangi kedua lututnya.
Manaf menyetarakan pandangannya dengan wajah Alyn hingga akhirnya ia bisa mendengar suara Alyn yang sedikit samar karena kecapean.
"Itu, Yah. Igho,"
"Igho kenapa? Apa yang terjadi pada Igho?" Manaf nampak syok mendengar Alyn menyebut-nyebut nama Igho.
Dalam pikirannya hanya terlintas pikiran jelek tentang Igho, karena terakhir bertemu dengan anaknya itu, ketika ia di lepas selang dan di gantikan dengan alat bantu nafas berupa oksigen.
"Sayang, ada apa?" Manaf sedikit memaksa Alyn untuk menjawab di tengah nafas Alyn semakin sesak.