Selamat pagi dunia!
Aku menghirup napas dalam-dalam, untuk menikmati udara pagi yang menyegarkan. Di belakangku terdapat Oura yang bersandar di sebuah pohon mangga karena masih mengantuk, sedangkan Rize mengunci pintu rumah.
Kami bangun pagi-pagi sekali untuk melakukan kegiatan rutin kami, yaitu olahraga.
Seperti biasa, kami berlari mengelilingi desa yang sangat luas.
'Desa yang terkubur harta karun' itu adalah nama panggilan desa kami. Kenapa bisa dipanggil begitu? Soalnya desa kami berada di tengah tebing yang melingkar, dan terdapat banyak tempat wisata seperti air terjun, dan es kaktus raksasa yang dibuat Oura.
"Hm... kalo dipakai parkour seru nih!" Aku melihat ke arah bangunan yang ada di daerah bawah.
"Coba loncat Otto, lumayan menambah pengalaman. Hahah...."
Tahan-tahan, jangan berkata kasar!
Menghiraukan Oura, aku mempercepat lariku untuk menyusul Rize.
•••
Di sebuah ladang hijau yang menyejukkan, terdapat dua insan yang saling membunuh. Di sisi kiri terdapat Oura, dan sisi kanan terdapat wanita cantik yang berlatarkan desa yang terkena siraman cahaya matahari, Rize.
Mereka berniat adu tanding guna untuk mengetahui kekuatan fisik rekan mereka. Tapi, semua itu berubah saat mereka saling mengadu tinju.
"... heh! Mereka sangat serius," kataku sambil bermain adu rumput liar.
Mereka betarung dengan sangat sengit, sampai bisa membuat nyali penantang selanjutnya menciut.
Oura yang mempunyai daya tahan serangan yang tinggi, dapat menahan, dan membalas tendang Rize dengan membenturkan kepala Rize ke tanah. Rize memegang pergelangan Oura, dan melemparkannya ke udara.
Oura bergegas menstabilkan posisinya, dan memunculkan sebuah pilar tanah untuk tempat dia berpijak.
Pertarungan di lanjutkan di atas pilar tanah yang tidak terlalu besar. Mereka saling melancarkan serangan, mencoba menjatuhkan lawannya.
Fiuh... Keren!
"Hmm... mereka bertarung tanpa bicara, sangat berbeda dengan ada di komik, dan acara teater."
Pertarungan berlangsung tidak terlalu lama, Oura yang hanya bertahan, Akhirnya... terjatuh.
Tapi, memang dasarnya dia keras kepala! Dia pasti akan melakukan segala cara, untuk bertahan.
Oura menggunkan sedikit bantuan dorongan angin, supaya bisa membenarkan posisi tubuhnya. Oura mengepalkan tinjunya, dan melesat menghantam pilar.
Bongkahan pillar berjatuhan, dibarengi dengan asap coklat yang menyebar karena tiupan angin.
Aku berharap terlalu banyak....
...tindakan itu sia-sia. Oura tetap saja terjatuh ke tanah terlebih dahulu. Sekarang dia berbaring di tanah dengan napas yang berat.
"Siapa yang menyuruhmu bermalasan? Tuan!" Sebuah suara yang lembut nan tegas terdengar beserta sebuah bola melesat dengan cepat ke arahku.
"Hey! apa-apaan?"
"...."
Sekali lagi Rize melemparkan sebuah bola dengan kecepatan yang tidak masuk akal. "Permainan belum usai, Tuan."
Sa-sakit...!
Bola yang lentur, bisa sangat menyakitkan jika mengenai tubuh!
Rize bergerak mengambil bola, dan melemparkan ke arahku dengan kecepatan yang kencang.
Terus-terus menerus aku menghindar tapi percuma, bola itu terus mengenaiku.
Mana ada orang yang bisa menghindari itu. Apa aku harus menyerah?
"Apa Tuan sudah menyerah?" Tanya Rize dengan memainkan bola.
Benar seharusnya aku menyerah saja, aku tinggal melambaikan tanganku dan mengatakan "aku menyerah"
"Hehhe."
Benar juga, apa salahnya menghabiskan energi untuk kebaikanku? Lagi pula ini menyenangkan!
Aku menghentakan kaki, dan berkata, "ayo!"
"Boleh juga nyalimu, bersiaplah! Eh... hush awas musang kecil!"
Sial, aku memang gampang terpengaruh....