PUHI!!
"Bagus Doreto!"
Hah, akhirnya tertangkap juga hama menjijikan ini.
Seorang rekanku bertanya, tentang mau kuapakan babi liar ini.
"Lebih baik diberikan kepada raptor." Jawabku.
"Pain, sisakan sedikit untuk raptorku! Aku mau memeriksa pagar yang dirusak babi itu."
Rekanku Nos pergi menelusuri pagar kayu yang menutupi ladang milik warga.
Aku menarik tombakku yang tertancap di tubuh babi, lalu mengikatnya di tubuh Doreto si raptor.
Butuh usaha extra untuk mengangkat babi yang berukuran lumayan besar, dan mencegah Doreto untuk memakannya.
KYAKK!!
Suara lengkingan yang muncul bersamaan dengan raptor milik rekanku, Nos. Tapi anehnya raptor itu kembali tanpa si penunggang.
Tanpa menyia-nyiakan waktu, aku memacu Doreto dengan kecepatan tinggi, menelusuri kembali jalan yang ia tempuh.
Di mana dirimu, Nos?
"Kau menemukan Nos, Doreto?"
Doreto secara bertahap mulai menurunkan kecepatannya, pertanda aku hampir sampai ke lokasinya.
"Apa-apaan?"
Seonggok mayat yang tercabik-cabik—pastinya milik Nos. Tergeletak tak jauh dari pagar yang rusak.
Doreto menunjukkan sifat waspada, pertanda ada sebuah ancaman di sekitar.
Sebuah ekor panjang terlihat menjuntai dari balik dedaunan yang rimbun.
Aku mencoba mendekat dengan berbekal tombak di tangan kanan, dan tangan kiri bersiap mengambil pistol suar.
BRUAK!!!
Eh..., kenapa? Kenapa pohon itu semakin tinggi?
Saat aku terjatuh, sebuah bogem mentah melesat menghantam kepalaku, seperti ingin menenggelamkannya ke tanah.
Sial! Pandanganku! Pandanganku buram!
"Gyakkk!!"
Si-sialan itu menggigit tanganku!
Siapa? Siapa mereka? Tidak mungkin...! Monyet-monyet bodoh itu.
Aku berguling, lalu kabur tanpa pikir panjang.
Sial! Kenapa ada monyet yang mengerikan?
"Doreto! Hoi, Doreto!"
Dia tidak menjawabku.
Pistol suar, dan tombakku menghilang. Satu-satunya senjataku yang kupunya sekarang adalah pisau yang berada digengamanku ini.
Aneh! Kenapa mereka tidak mengejar?
Masa bodoh! Sedikit... sedikit lagi sampai!
Bertahanlah, diriku!
"...."