"Tidak, istriku lagi ada di ruang ICU. Aku harus ...."
Belum rampung ucapannya, tetiba saja kepala Nazam bagai dihantam sesuatu yang akhirnya membuat kepalanya nyeri. Nazam merasa pusing, dan hal itu memaksanya untuk memejamkan matanya rapat, penuh tekanan.
"Zam! Nazam! Kamu kenapa?"
"Kak?!"
Ibu dan adiknya kompak segera memapah Nazam si ngeyel kembali ke ranjang pasien. Memaksanya untuk tiduran, meski lelaki itu masih berusaha untuk berdiri.
"Udah, deh, Kak! Diam dulu! Aku udah lihat keadaan kak Sofia. Dia dan anak-anaknya baik-baik aja walau sempat masuk ruang ICU."
Ucapan Kayla kali ini berhasil membuat Nazam tak berontak seperti barusan. Lelaki itu diam, mengucap syukurnya pelan. Nazam akhirnya menurut, tiduran karena pusing kepalanya tak ada lawan. Terlampau menyakitkan.
Dokter piket tiba, lalu memeriksa.
"Bapak, apa yang Anda rasakan sekarang?" Suara lembut di balik masker itu memenuhi setengah dari gendang telinga Nazam.
