Air mata Sofia turun bersamaan dengan rintikan hujan kecil dari langit. Sontak membuat Nazam segera membuka jas-nya, lalu memayungi istrinya saat itu juga. Dia berdiri setengah jongkok tepat di hadapan Sofia.
"Sayang, a-aku salah. Tapi, bisakah kita pulang dulu dan bicarakan ini di rumah?" Takut-takut Nazam bertanya. Matanya memancarkan permohonan yang sangat dalam.
'Plis, jangan marah istriku, aku sangat menyesalinya. Sungguh,' kata hatinya. Berharap kesalahan itu dimaafkan sekali saja.
"Mas, aku kecewa sama kamu." Sofia mendorong tubuh Nazam, lantas bangkit dari posisinya kini, kemudian dia beranjak pergi menuju apartemen.
Nazam mengesah dalam. Lega. Setidaknya Sofia tak ngeyel inginkan tetap berada di bangku taman itu. Jika sudah sampai ke rumah, terserah meski dia ingin menamparnya atau memaki sesuka hati.
'Aku akan terima apa pun hukumannya, karena aku memang merasa sangat salah. Maafkan aku, istriku.' Nazam masih membatin sambil melangkah cepat, mencoba menyusul Sofia.
