Beno menarik napas berat, mengeluarkannya perlahan. Dia tak menyangka bisa sejujur ini pada adiknya. Bibirnya tersenyum sumir.
"Malah jadi buka-bukaan gini. Awas, ya Sof. Ini harus jadi rahasia. Jangan sampai orang lain tahu, terutama bunda dan cewek itu sendiri."
Beno agak ketar ketir usai mengakui perasaan di hatinya. Dia tak mau sampai hal itu jadi masalah mengingat Ify adalah wanita yang menghancurkan keluarga Beno.
"Kalau bunda tahu, bisa mati digantung hidup-hidup gue," ujarnya kala itu.
Sofia nyinyir dan terbahak.
"Astaga, punya kakak enggak gentle man banget. Norak lu! Lagian, kenapa pula dulu enggak nyatain perasaan lu ke dia. Mungkin kalau itu terjadi, dia nggak bakal rusak hidup gue dan hidup dia sendiri," ucap Sofia.
Beno tak menyangka adiknya akan merespon begini. Lebih tepatnya mungkin mendukung? Yah, anggap saja begitu. Hanya saja, itu bentuk dukungan yang sudah sangat terlambat sekali.
