Lagi-lagi malam baru menyambut. Nazam baru pulang setelah berjuang melawan kantuk untuk lembur. Waktu berharganya juga selalu saja dicuri oleh ingatan kuat soal parfum sialan itu, sehingga kerjaan agak berantakan beberapa hari belakangan ini.
Nazam jadi ingat, bahwa sebelum dia pulang tadi, sempat beradu argumen sebentar dengan Mulyo.
Berawal dari niatan Nazam yang tak ingin membuang waktu, setidaknya malam tadi bisa sedikit menyingkirkan pikiran itu dahulu sejenak, menepikannya agar ia bisa konsentrasi setidaknya sampai kerjaan selesai.
Mulyo datang membawakannya tumpukan map baru yang mesti dia periksa dan tandatangani. Hal ini membuat mood-nya buruk.
"Aku capek, Mul." Bahkan seorang Nazam yang tak pernah mengeluh pun akhirnya melakukannya. Tadi, ketika jarum jam masih menunjukkan pukul sepuluh malam, dia mencurahkan rasa lelah hati, raga, dan pikirannya pada sang asisten yang sudah dia anggap sebagai saudara sendiri.
