"Kamu kangen ayah, ya karena kemarin enggak besuk?"
Khawatir, Nazam bertanya. Dan Sofia kontan mengangguk tanoa menoleh atau menatao matanya barang sedetik. Matanya hanya fokus menatap langit dari sebalik kaca jendela.
Ah, kenapa tak peka sejak tadi, sih? Bahkan Nazam kini mengomeli diri sendiri. Dia tak sadar kalau kesedihan istrinya itu karena sedang memikirkan ayahnya.
Parah.
Nazam bangkit dari duduknya di tepian ranjang. Dia menghampiri Sofia. Menggeser anak sofa bundar lainnya. Kamudian duduk di sebelah wanita itu. Tepat di sampingnya.
"Kalau gitu kasusnya, aku akan di sini. Temani kamu melihat langit dan awan-awan itu sampai matahari tenggelam. Em, bukan. Tapi sampai sedih kamu berkurang."