"Terus, kenapa kesan pertama bertemu tadi kamu seperti mengabaikan saya?" Tanggung blak-blakkan, Sofia pun mengutarakan kebingungan hatinya.
"Bahkan yang kamu sapa cuma suamiku." Sofia melanjutkan. Dia sungguh penasaran mengapa Celine sangat tidak dipercaya. Setelah memperlakuknnya bak bayangan, mendadak sekarang memuji dia cantik, baik, dan sebagainya.
Kalau begitu, siapa yang tak akan merasa aneh dan curiga?
Celine menggaruk kepala yang mendadak terasa gatal. Sempat bertemu mata dengan Sofia, tetapi cepat-cepat dia mengalihkannya.
"Maaf. Saya kesulitan memandang ke orang lain kalau ada pak Nazam," jujurnya seraya tertawa kecil. Mukanya semerah tomat.
"Kelihatannya kamu masih menyukai suamiku," sindir Sofia. Wajahnya datar dan menampakkan kecemburuan yang tak terkendali.
"Jelas, Bu. Saya masih menyukai beliau. Dan enggak akan berhenti suka kecuali saya menemukan orang baru yang mampu mencuri hati saya."
"Apa?" Sofia tambah panas hati saja.