Nazam akan kembali ke kantor. Dan dia hanya bisa mengantar istrinya sampai halaman parkir saja, tanpa ikut turun dulu.
"Maaf, ya, Sofia, aku harus langsung kembali ke kantor. Di sana masih sibuk buat persiapan besok. Kamu istirahat di rumah, ya. Jangan kecapean," pesan Nazam.
"Heem. Makasih buat gaunnya, tambah sayang aja deh."
Di akhir kalimatnya Sofia tertawa.
"Eh, beneran sudah pintar menggombal, ya, sekarang. Cepet banget belajarnya."
Gemas, Nazam pun mencubit pipinya pelan. Keduanya tertawa bersama.
"Kan, kamu gurunya Mas. Gimana, sih," ujar Sofia.
"Oh, iya. Soal tadi, aku harap Mas enggak kepikiran, ya. Karena aku sudah janji cuma akan ada nama Mas aja di hatiku."
Nazam diam. Ia teringat soal Naran. Kontan mengangguk, tersenyum kecil.
"Aku percaya istriku. Titik."
Benar. Hanya kepercayaan saja yang mampu mematahkan segala curiga, cemburu buta, dan berbagai hal yang nantinya akan menjadi penyebab rusaknya hubungan rumah tangga.