Bingung. Hanya kata itu yang memenuhi rongga kepala Nazam. Istrinya berkelakuan aneh sedari ia pulang bekerja. Dan tiba-tiba marah karena dirinya membahas soal bayi. Lalu, dia menangis sesegukan dan terus meminta untuk jangan ditinggalkan.
"Jika ini tentang kamu yang belum siap untuk memiliki keturunan, aku mohon berhenti, ya, Sayang. Aku janji tak akan mengatakannya lagi. Iya, aku salah karena tak memikirkan perasaan kamu. Aku tak tahu kalau kamu sangat terbebani oleh itu. Aku minta maaf."
Nazam mengusap pipi istrinya. Matanya berkaca, seolah kesedihan Sofia telah sampai ke jantung hatinya. Nazam merasa tak enak hati sejak mengetahui Sofia belum inginkan buah hati. Namun, dirinya terus melakukan hal sama. Yaitu inginkan agar Sofia hamil.
"Bukan gitu Mas ...."