Malam kian terasa pekat. Namun Sofia dan Beno masih setia di tempat duduk masing-masing tanpa niat pergi ke kamar untuk tidur.
Jarum jam yang bergerak terdengar kencang saking heningnya suasana malam ini.
"Bang, menurut Abang, ayah ngelakuin itu karena apa? Aku yakin bukan karena cuma tergiur aja, deh. Ayah nggak mungkin tegiur dengan mudah," ucap Sofia membuka percakapan.
Beno melirik adiknya serius, tetapi wajahnya masih sedatar tadi. Dia menyangga dagunya dengan sebelah tangan tanpa melepas pandangan dari Sofia.
"Waktu kejadian, kondisi ekonomi keluarga kita memang sedang buruk, Sof. Mau tak mau kamu harus menerima kenyataan itu. Bahwa ayah melakukannya karena tak ingin membuat hidup kita menderita. Jadi, uang investor yang harusnya dipakai untuk dana proyek yang sedang dikerjakan dan hak para keryawan, terpaksa ayah ambil sebagian."
