"Kamu mau ngapain sih, Aksel?" Anna yang mulai risih juga sebenarnya enggan karena jantungnya terus tidak tenang.
"Saya hanya ingin meluk saja."
"Saya pegang pisau loh, Aksel."
"Memangnya mau kamu kenakan pada saya?"
Anna hanya mendecih kesal saja, ia enggan Aksel dekat seperti ini karena membuyarkan pikirannya.
"Kalau nanti Bi Asih beneran mau berhenti bagaimana, Aksel?"
"Ya sudah mau bagaimana lagi."
"Kok kamu enggak ada sedihnya sih? Atau mungkin melarang gitu."
"Kita tidak akan bisa memaksakan kehendaknya Anna. Kalau pun kamu yang emmaksa, tapi keluarga yang lebih banyak membutuhkannya bagaimana?"
"Iya juga sih, tapi sedih saja. Kamu mentang-mentang ada temannya di rumah kayak enggak butuh Bi Asih lagi saja."
"Bukannya tidak butuh, mana mungkin saya mau mmebiarkan Bi Asih pergi begitu saja sedangkan Bi Asih yang lebih lama dibandingkan kamu, tetapi saya tahu tentang kebutuhannya utamanya juga, Anna."
