Aksel meletakan ponselnya dan berganti menatap Anna yang masih melihatnya sinis.
"Rencana kamu sudah berhasil buat saya tidak pergi."
"Oh bagus."
"Tapi kenapa kamu masih marah dengan saya?"
"Yang tadi saja belum selesai, kamu mau ketemu siapa sebenarnya?"
"Edrick, ada urusan pekerjaan."
"Mana mungkin kalau hanya ketemu Pak Edrick kamu begini, kecentilan sekali kamu."
"Astaga Tuhan, Anna kamu ini kenapa?" tanya Aksel seraya tertawa sedikit karena heran pada Anna yang terus mencurigainya.
Tidak ada jawaban dari Anna selain tatapan sinis saja.
"Kamu ngira saya sewangi itu karena kamu tidak tahu kalau saya memang wangi bukan?"
"Dih, buat apa juga saya tahu kamu wangi atau tidak."
"Tapi saya mau pergi wangi kamu marah."
Anna seperti kehilangan keseimbangan sekali, ia tidak tahu jika akan menjadis eperti itu. Tetapi di sisi lainnya ia memang kesal pada Aksel yang sangat harum sekali.
