Sehari sebelum Shayna pulang ke Indonesia…
"Hasil tes DNA sudah keluar. Kamu yang ambil di rumah sakit." Ucap Kakek Dome.
Segala masalah tentang tes DNA diurus oleh Kakek Dome. Tentunya tanpa sepengetahuan dari Shayna. Kakek Dome tidak ingin mengganggu Shayna yang sedang sibuk dengan pekerjaannya. Alhasil, dia sendiri yang mengatur semuanya. Mengajak Herlina untuk melakukan tes DNA, mencari dokter dan rumah sakit terbaik dengan hasil yang tentunya akurat, sampai ke menyusun rencana apa yang akan terjadi jika Herlina memang hamil anak Sagara.
Sagara yang baru saja menginjakkan kakinya di rumah sang kakek langsung menggerutu.
"Males ah! Kakek ambil sendiri aja!" Teriak Sagara, melemparkan helm nya dan langsung duduk di sofa ruang keluarga.
Sagara dan segala sifat malasnya. Untuk bernafas saja mungkin malas, apalagi untuk ke rumah sakit yang jaraknya lumayan jauh?
"Sagara!" Kakek Dome berseru, memerintah Sagara lebih tegas lagi dengan harapan cucunya satu itu mau bangkit dan pergi ke rumah sakit.
Sayangnya, Sagara seperti tuli mendadak. Kedua telinganya mungkin tertutup oleh setan budeg sehingga dia memilih untuk tetap mager-mageran daripada beranjak dari sana. Karena sungguh, dia sangat amat malas.
"ALTHER!" Jika sudah nama tengah yang disebut, artinya Kakek Dome tak lagi bisa ditoleransi amarahnya. Dan Sagara juga tak suka saat seseorang memanggilnya dengan nama tersebut.
Manik mata Sagara yang berkilat marah langsung menatap sang kakek tajam. "Saga udah bilang jangan panggil Saga pakai nama itu." Desisnya geram.
Sang kakek tidak memperdulikan hal tersebut. Karena hanya ini satu-satunya hal yang bisa membuat Sagara bangkit dan beranjak. Meski harus dengan pancingan amarah.
Sejak kecil, pria itu selalu dimanja. Diberi apapun yang dia inginkan. Sebagai seorang cucu tunggal dari keluarga kaya raya, Sagara tentunya mendapat perlakuan yang baik dari semua keluarga besarnya. Terutama dari sang kakek. Selain itu juga, dia yang begitu tidak tau diri memanfaatkan semuanya dengan baik.
Dia memanfaatkan hal itu untuk hal positif. Memanfaatkan kekayaannya untuk pendidikannya. Sagara di masa lalu terbilang penuh ambisi. Dia sangat ambisius terhadap pendidikannya. Dan itu semata-mata karena dia tidak ingin kalah dari Shayna. Ya meski pada akhirnya dia kalah dan harus mengakui bahwa Shayna memang lebih cerdas darinya.
Keadaan selalu berhasil mengubah seseorang. Mengubah Sagara yang penuh ambisi menjadi pria yang cuek dengan segala hal. Menjadi pria yang hampa tanpa ambisi sedikitpun.
Dia bukan hanya memanfaatkan keuangan keluarganya sekarang. Dia juga memanfaatkan Shayna. Biarlah gadis itu yang bekerja dan mengelola perusahaan Kakek Dome. Dan Sagara? Hanya duduk sambil menikmati hasilnya.
Dan ini adalah kesalahan Kakek Dome. Sejak dulu Sagara diberitahu akan dinikahkan dengan Shayna. Hal ini yang membuatnya merasa tak perlu bekerja. Karena dia tau pada akhirnya perusahaan akan jatuh di tangan Shayna, gadis yang ditakdirkan menjadi istrinya.
"Kalau tidak mau dipanggil Alther, seharusnya kamu menurut, Sagara! Kamu sudah besar. Mau sampai kapan seperti ini? Malas-malasan tidak jelas, tidak memiliki tujuan hidup."
"Tujuan hidup? Saga gak punya tujuan hidup sejak malam itu. Jiwa Saga mati di malam itu. Kakek tau sendiri. Bahkan, Kakek menjadi satu-satunya orang yang mengetahui tentang rahasia Saga." Desis Sagara.
Dia terlihat sangat membenci Kakek Dome. Dan memang begitu adanya. Dia membenci kakek Dome. Dia sangat membencinya.
"Kakek yang membuat Saga seperti ini. Kakek yang bertanggung jawab atas kondisi Saga. Dan Kakek adalah pembunuh jiwa Saga di masa lalu." Sambung Sagara, marah.
Kakek Dome tidak merespon. Dia hanya dia dan memandangi Sagara. Menatap cucunya ini dengan seksama. "Pergilah. Ambil tes DNA itu. Dan jika terbukti dia anakmu, Kakek akan memastikan Shayna tetap mempertahankanmu apapun yang terjadi. Anggap ini sebagai bentuk tanggung jawab Kakek."
Tanpa sepatah katapun, Sagara langsung menyambar ponselnya dan pergi dari sana. Dia berkendara dalam kecepatan di atas rata-rata menuju rumah sakit, menerima hasil tes DNA yang sang kakek bilang dan…
Berakhir menghela nafas panjang saat melihatnya.
Ya, hasilnya positif. Anak dalam kandungan Herlina adalah anaknya.
Anak kandung dia yang sempat dirinya ragukan.
Saat mengetahui fakta ini, Sagara sampai berputar mengelilingi kota untuk menenangkan pikirannya. Untuk mencoba tenang atas semua yang terjadi padanya. Atas semua hal yang begitu menyakitkan untuknya.
Banyak orang mengira dialah si antagonis. Padahal, Sagara juga merasa tersakiti.
***
***
Tubuhnya terasa sangat berat untuk sekedar beranjak dari ranjang miliknya.
Shayna Majendra, gadis cantik yang baru saja menerima fakta menyakitkan tentang kehamilan seorang perempuan bernama Herlina. Dimana bagi yang dikandung oleh perempuan tersebut adalah anak dari suaminya.
Shayna sudah berdebat cukup panjang dengan Sagara. Dia bertekad untuk melakukan aborsi. Untuk menyuruh Herlina melakukan aborsi.
Tetapi, Sagara menolak mentah-mentah. Dia sampai membentak Shayna karena hal ini.
Dan sekarang, Sagara benar-benar bersikap dingin. Melirik Shayna saja tampaknya dia enggan.
"Mas… gak mungkin kita cerai. Kakek bakalan sedih kalau kita cerai." Ucap Shayna pada Sagara yang berjalan melewatinya, menuju kamar mandi.
Langkah Sagara memang terhenti. Tetapi, matanya tak sedikitpun melirik Shayna.
"Mas… satu-satunya jalan adalah aborsi. Kecuali kalau lo mau cerai sama gue dan nikah sama dia. Itu lain cerita. Dan itu akan bikin Kakek kecewa berat. Kakek sejak dulu sangat menginginkan pernikahan kita!" Shayna masih keukeuh dengan pendapatnya sendiri, begitupun dengan Sagara.
"Itu anak gue. Apapun yang terjadi, gue gak akan bunuh bayi gak berdosa."
"Itu emang anak lo, tapi itu bukan anak gue. Dan gue gak sudi merawat anak hasil perselingkuhan lo!"
"Gue gak pernah minta lo buat ngerawat anak gue, SHAYNA MAJENDRA!"