"Ya Allah apa yang aku lakukan selama ini, apa yang telah ku perbuat, ya Allah???"
Kepala tuan muda Dravinda tersungkur ke arah dasboard mobil.
Sementara air mata menggenangi kedua matanya hingga merembah basah mengejar rahang tegasnya.
"Kalau semua itu benar, bagaimana caraku memaafkan diriku sendiri, ya Allah Tan, kenapa gak pernah cerita penderitaan yang selama ini kamu alami sayang, bukan ini salah ku, aku yang tidak pernah mau mendengarkan keluh kesahmu, ampuni aku ya Allah, ampuni aku, hiks.... Selama ini aku sibuk memikirkan perasaan ku sendiri, sibuk memikirkan hubunganku yang harus ku akhiri sementara dua anak malang itu aku bahkan tidak pernah memikirkan mereka, jika benar mereka anakku, aku bersumpah akan merebut kamu kembali Tan, aku gak rela jika sampai anakku di akui anak oleh pria lain, tidak akan ku biarkan? Ini bukan lagi masalah perasaan kita sendiri tapi ini masalah hati yang rak berdosa, kenapa kau menyembunyikan semua itu dari ku?"