"Bukankah ini yang kamu mau sayang?" Ungkap Vin dengan tenang, tatapan yang tak goyah dan sangat mendalam.
"Apa maksudnya?" Bentak Tanisha lagi, dia mendorong dada Vin dengan keras. Namun pria itu tetap saja bergurat sangat tenang.
"Kurang jelas? Hah? Empat tahun lidahku tak sanggup terangkat atas apa yang kamu inginkan dari ku, kamu terus memaksaku mengatakannya, hubungan pernikahan kita yang berbalut sandiwara keegoisan, kamu tidak tahan meminta ku mengucapkan kalimat terpantang itu, sekarang aku bisa mewujudkannya" tegas Vin.
"Tutup mulutmu Vin?" Bentaknya. Telapak tangan halus itu akhirnya melayang di pipi sang suami. Vin terdiam air mata menitik dari sela kelopak matanya yang tegas.
"Kenapa gak boleh Tan, itu kan yang kamu mau?" Tegas Vin kemudian. Tanisha berdiri, sontak berhamburan menuju gagang pintu. Vin menarik tangannya dari belakang.
"Vin lepaskan aku, aku mau pergi"