Private jet keluarga Dravinda mendarat di tanah air sore ini, dalam kondisi rintik rintik hujan, setetespun masih membasahi kemeja putih yang di kenakan tuan muda Dravinda.
Dia di bimbing sang ibu, bahkan berjalan sembari mendekapnya.
Tatapan melanglang seakan Tanisha masih tersenyum, menyambutnya di landasan.
Mereka di kawal puluhan ajudan, tentunya membantu menghindari serta membebaskan diri dari kerumunan wartawan yang sejak siang tadi sudah berkerumun memenuhi bandara demi meminta keterangan lebih lanjut perihal duka yang menimpa keluarga tersohor itu.
Sampai akhirnya mereka berhasil memasuki mobil yang akan membawa mereka ke rumah duka lebih tepatnya mansion Dhanda. Nyonya Faresta sendiri tak hentinya mengusap punggung sang putra, yang terlanjur larut seakan tak berkehidupan lagi. Vin sangat terpuruk putus asa.
"Tanisha nge prangk Vin kan, mi, ini hanya mimpi lagi kan? Tan gak mungkin pergi kan mi?" Itu yang selalu di ucapkan oleh bibirnya yang pucat.