Sementara itu kondisi Tanisha dan suaminya semakin memanas, bersitegang di antara keduanya sudah sampai kepada tahap mengerikan, satu ruangan penthouse yang semula tersusun rapi, semuanya ludes berhamburan berceceran, lebih parah ketimbang kapal pecah.
Abla sang asisten tak kuasa menahan rasa takutnya, seketika memilih untuk kabur, memang kali ini Vin lebih mengontrol diri, lebih mendiamkan amarahnya, namun tidak begitu dengan Tanisha, bahkan sang suami sudah berdarah telapak tangannya lantaran terpegang mata pisau yang hendak di layangkan Tanisha ke wajahnya sendiri.
Emosi, murka yang selama ini terpendam cukup lama di batinnya yang begitu sangat sesak di luapkan sedemikian ngerinya oleh nona Dravinda tersebut.
Gelas gelas berkeping keping, piring terpecah belah, pakaian perabotan semuanya centang parenang.