Tin menyerana menyimpan duka mendengar perkataan ucapan yang tak ada sungkan keluar dari mulut sang suami.
"Gak Rud bukan itu tujuanku, meskipun aku sudah mengetahui segalanya" Tin menggerakkan bibirnya perlahan namun keluar dalam nada yang tegas.
"Lalu? Jangan bilang cinta menghalangi kau meluapkan isi hatimu" timpal Rud.
Tin tersenyum miring, meskipun di dalam hati ini semua sangatlah pahit. Wanita makhluk yang paling pintar menyimpan perasaannya. Lewat cover yang teramat manis.
"No Rud, setiap perempuan lahir hanya sekali, matipun sekali, bagiku mencintai hanya sekali, menikah pun sekali, jadi jangan pernah harapkan ini dariku, karna tidak akan pernah terjadi" Tin berdesis. Rud tercengang.
"Bahkan setelah aku menyakitimu?"
"No, kau tidak menyakitiku dengan cara ini justru aku senang karna kau sudah jujur padaku, but katakanlah dimana kau menemukan bukti ini?"
Tin benar benar terlihat sangat tegar.
Tatapan pun tak goyah meskipun memerah di kedua sudutnya.