Asisten perempuan itu termangu, memandang dengan mata yang berkaca-kaca sosok majikan yang sedang melahap makanan buatannya dengan semangat di meja makan.
Bayangan beberapa waktu lalu kembali melintas, seakan duri yang ingin segera di cabutnya dari dada, Abla menangis tersedu sedu rasa tak tega untuk mengungkapkan kebenaran ini, tapi lebih menyakitinya jika tetap disimpan, Abla dilema jika di ungkapkan wanita itu pastikan terluka namun jika tidak lebih sakit jika dia malah mengetahui nya dari orang lain, sementara dirinya sebagai sosok asisten yang sangat di percayai oleh majikannya tersebut..
Tanisha mengerutkan dahinya, segera meraih segelas air meneguknya lantas memegangi punggung tangan sang asisten yang terduduk di hadapannya. Abla memang kerap menemani Tanisha makan sendirian di meja makan, terkhusus beberapa hari belakangan semenjak hubungannya dengan Vin mulai merenggang drastis.
"Why Abla ceritakan?" Tanisha berucap sangat lembut.