Rud mau tidak mau hanya sarapan berdua saja bersama sesepuh istana Dravinda, bagaimana cara menolaknya, wanita tua itu adalah rajanya, yang bisa sewaktu waktu memporak porandakan rencana dan juga sandiwara yang telah berusaha di capai Rud hingga saat ini.
Seusai bersantap sarapan dengan diam, Rud lantas mendekatkan tempat duduknya persis di hadapan Ningtam.
Meskipun sedikit merasa canggung tidak enakan, tergugu pun tetap dilakoni demi sempurnanya rencana ini.
"Emm Ningtam, Vin kapan kembali ke Indonesia? Bukan apa apa, maksudnya Rud itu kasian sama Tin, dia sampai gak punya waktu hanya sekedar sarapan saja dengan kita kayak pagi ini contohnya, kalau Vin kembali tentunya tugas kantor juga sedikit bisa terkendali lebih baik, Tin jadi memiliki ruang buat kita" ujarnya dengan nada terbata bata.
Ningtam tersenyum miring, dalam keadaan mata yang terarah menuju buku kecil di tangannya, bertuliskan dengan tulisan Arab, kacamata juga tampak menggantung di hidungnya.