Tanisha kembali dalam kondisi temaram, Scenic Space bercorak hijau kemerahan, sedikit gugup beralasan rasanya seperti tengah di intai oleh si raja hutan, buluk kuduk pun meremang.
Memasuki gedung, ragu ragu tekan tombol lift menuju lantai teratas, berkali kali hentakan kaki, gigit jari, hingga mengibas ngibaskan tangan ke dada, sepertinya Tanisha kegerahan di tengah jedag jedug nya hati ini, bagaimana caranya menghadapi murkanya seorang suami.
Apalagi di sepanjang taksi yang melaju pria itu terus terusan saja menyinyir dirinya.
"Sudah sampai mana? Kok lama banget? Kesalon mana emangnya? Perlu aku kirimi helikopter buat ngejemput? Di bawa kabur sama supir taksi tau rasa?" Begitu bunyi omelannya yang terkadang membuat Tanisha merasa gemes.
Serasa anak gadis yang keluyuran di curigai ibunya, begitu yang terjadi terhadap dirinya hari ini.
Lebih baik di bawa kabur supir taksi setidaknya masuk ke kandang singa ketimbang bunuh diri terjun kedalam penangkaran buaya, rutuk hati resahnya.