Tanisha tersenyum lega setelah meneguk segelas air putih di meja makan sederhana milik ibu Asih, dia beserta nyonya Arkandra masih berada di rumah kayu sederhana itu.
Selain untuk menenangkan pikiran kacaunya mengenai keselamatan sang ibu tiri dari jeratan suaminya yang brutal dalam metode dingin.
Tanisha beserta ibu tiri nya juga berniat berziarah ke makam nya Asha.
Namun siapa sangka keduanya malah terpaksa menginap di rumah setengah tiang berdinding kayu, berbentuk klasik itu lantaran hari sudah gelap, selain itu Tanisha juga takut di begal, mengingat dahulu dirinya hampir celaka di hadang di persimpangan jalan oleh seorang begal ketika bersama tuan muda Dravinda.
Tidak menutup kemungkinan itu juga bakalan terjadi kembali, bukan hanya karena rawan kejahatan jalanan menuju desa ini terbilang sepi, selain itu musuh Tanisha ada di mana mana.
Bahkan seluruh dunia kini memusuhi dirinya.