Di tengah keramaian sekejap yang ikut mengantarkan tuan Dhanda menuju tempat peristirahatan terakhir nya, kini semu mendadak sunyi, hanya tinggal keluarga inti.
Hebatnya kedua orang tua, tuan muda Dravinda tak sekejappun melayat besan nya tersebut, lantaran mengaku sangat sibuk, bagaimana sang putra tidak emosian lewat perilaku demikian.
Nona Dhanda yang berpakaian serba putih tersungkur menyesali diri diantara timbunan tanah merah menyala tersebut.
Sekali lagi, tuan muda Dravinda mendengar rintihan kehilangan itu, dia sendiri kebingungan ikut sedih atau harus tertawa lebar.
Melihat kehancuran wanita yang menjadi sasaran dendam nya tersebut.
Beberapa tahun lalu, dirinya telah ikut merintih dari kejauhan setelah mendapati gadis pujaannya kehilangan sosok wanita yang paling berharga di dalam hidupnya.