"Hallo, sayang. Kamu jadi ke sini kan?" Pertanyaan itu yang langsung Papa Retta ucapkan saat dia baru menerima panggilan dari Anaknya.
"Maaf Pa," jawab Retta dengan menggunakan nada bicara yang rendah.
"Lho, kenapa?" tanya Papanya dengan menggunakan nada bicara yang menunjukkan kalau dia seolah tidak percaya dengan keputusannya.
"Gak papa," jawab Retta dengan menggunakan nada bicara yang datar, dia enggan untuk memberikan sebuah penjelasan dari semua ini.
"Tapi kan Pa—
Merasa kalau kalimat yang Papanya ucapkan sudah bisa dia tebak ke mana arahnya, sehingga Retta lebih memilih untuk memotongnya, "Kalau Papa kangen sama Retta, Papa aja yang datang nemuin Retta. Bisa kan sehari aja Papa pulang?"
Papanya begitu terdiam mendengar apa yang sudah Retta ucapkan, dia merasa terpojokkan akan hal tersebut, tapi posisinya berbeda.