"Maafkan aku, bibi. El. Kasus Trevor membuatku gampang marah." Jean menghela napas dalam.
Dia murung belakangan ini, berusaha bangkit tapi ternyata tidak semudah itu. Bayangan Rhett masih membekas di dalam benaknya. Diperburuk ucapan selamat tinggal, dan kali terakhir ketika Rhett memandanginya melalui sorotan mata yang menghancurkan jiwa.
Jean tidak bisa menghilangkan bayangan itu.
Dia pun tersadar, sangat kehilangan Rhett dibandingkan Azael.
[ Apa aku sebenarnya menyukai Rhett? Tapi gimana dengan Azael? ]
Jean mengerang dalam batinnya. Dia sangat membenci berada di tengah situasi menyebalkan dan menguras batin ini.
[ Kenapa kalian enggak mau pergi dari pikiranku?!!! ]
Kedua tangan Jean terkepal kuat. Giginya bergemeletuk menahan marah. Dia marah karena tidak memiliki penyelesaian urusan satu ini.