"Habisnya, aku enggak punya pilihan lain, kak. Maafkan aku." Ethan merenung sedih. Perutnya masih perih digerus oleh rasa lapar. Dia menunjuk rumahnya yang sederhana. "Itu rumahku."
Silas tertimpuh, menepuk kedua pundak Ethan. "Kau pulanglah lebih dulu. Katakan pada keluargamu dengan hati-hati, akan ada temanmu yang akan berkunjung agar mereka nanti enggak kaget dengan kedatanganku dan putriku. Aku janji, akan membawakan kalian banyak makanan."
Wajah polos Ethan terlihat gembira. Matanya berbinar penuh kelegaan. Suaranya memekik dengan suka cita. "Benarkah, Mr. Silas? Jadi, aku dan keluargaku enggak akan kelaparan lagi?"
Silas mengusap kepala Ethan lembut, "iya. Aku berjanji. Tunggu sebentar, masuk ke dalam rumah. Jaga tempat ini dari para penjaga atau siapa pun. Kedatangan kami enggak boleh diketahui mereka."
"Iya, aku mengerti, Mr. Silas." Ethan mengangguk penuh semangat, menghapus air mata yang menetes ke pipinya.
"Aku akan kembali lagi nanti, ya? Tunggu saja."