•Vanalika Pov•
Hai, kenalin namaku Vanalika Nayara, di keluargaku aku biasa dipanggil 'Yara' sedangkan teman-temanku sering memanggil dengan nama depanku seperti 'Vana' atau 'Vanalika'.
Kini aku berumur 20 tahun. Dulu Aku tinggal bersama nenek dan ayahku. Jangan bertanya tentang atau dimana ibu ku karena aku pun tak tau. Lagi pula aku juga tak merasa mempunyai seorang ibu. Bagiku nenek sudah seperti ibuku sendiri.
Saat dulu aku kecil bertanya dimana ibuku, ayah dan nenek selalu berkata "nak ibumu sedang pergi berobat, berdoalah biar cepat sembuh dan kembali". Entah sakit apa yang dideritanya hingga sampai saat ini aku belum menemuinya dan hingga saat ini aku pun tidak mengharapkan kehadirannya.
Nenekku bernama Lita Anjani, panggil saja Nenek Lita, sedangkan ayahku bernama Affandra Krisnamurthi, biasa dipanggil dengan Bapak Affan.
Keluarga kami bisa dibilang cukup harmonis. Walaupun tidak terlalu kaya, ayah selalu berusaha untuk memasukkan ku ke sekolah swasta-elite. Untung saja otakku ini sedikit pintar sehingga dulu aku bisa membantu meringankan beban ayahku dan dapat masuk ke sekolah swasta-elite Jaya Pelita dengan jalur beasiswa.
Dulu hidupku sepertinya tidak berkesan, ummm maksudku tidak ada yang spesial. Tapi semuanya menjadi aneh dan berubah tiba tiba ketika aku menginjak umur 16 tahun.
semuanya dimulai ketika.....
-Jakarta, 2018-
"Naya, tolong belikan nenek sayur" teriak Nenek dari arah dapur.
"Siap nenek" ucapku dengan memberi hormat.
"Tidak usah terburu-buru, nenek hari ini masak tidak terlalu banyak" ucap nenek Lita kepada cucunya
"Siap nek!" ucapku lantang
Di sepanjang perjalanan mencari gerobak sayur aku melihat kekanan dan kekiri memperhatikan lingkungan sekitar. Hum... cukup menarik.
Ternyata kompleks rumahku kini sudah banyak rumah rumah besar dan megah. aku baru menyadarinya hehehe.
Karena di pagi hari ini lumayan sepi aku akhirnya memutuskan untuk sedikit berolahraga dengan berlari jogging. Ku lepaskan sandal jepitku dan akhirnya aku pun mulai berlari pelan.
("menarik" batin seseorang yg melihat aktivitas Vanalika)
Diujung jalan ini aku melihat banyak ibu ibu yg berbelanja dan mulai ramai. Tenang, aku masih punya malu. Akhirnya aku pakai lagi sandalku dan berjalan normal agar aku tidak menjadi pusat perhatian.
"Mbak sayurnya ini 3 ikat" ucapku kepada penjual sayur.
"Oke non, semuanya 7.500" kata penjual sayur.
Aku pun langsung memberikan uang 10.000.
"Yahh ga ada kembaliannya non, ga ada uang pas?" tanya penjual sayur.
Jangan sesekali kalian berfikiran aku akan merelakan kembalian tersebut. Akhirnya aku pun memutuskan untuk membeli penyedap rasa agar tidak perlu kembalian.
"Tambahi aja penyedap rasa seharga 1.500 mbak" ucapku pada penjual sayur.
"Okeh neng" jawab penjual sayur.
setelah berbelanja akhirnya aku pun pulang ke rumah dengan berjalan seperti biasa. Namun saat di pertengahan jalan aku melihat suatu hal yang buruk akan terjadi.
Aku pun langsung berlari, berteriak
"WOII ANJING!" sambil merentangkan kedua tanganku.
CITTTTTTTT BRUAK
Orang tersebut terkejut dan akhirnya terjatuh.
"LO NGAPAIN ANJING?!"
"KALAU MAU BUNUH DIRI GA USAH DI SINI BEGO!"
"HEH DIEM YA DISINI LO TUH SALAH"
"SEKATE KATE NGATAIN GUE ANJING. LU YANG ANJING" Ucapku sambil mengacungkan jari tengah.
"Cuihh lo yang anjing!"
"Dasar anjing teriak anjing!"
"Dih! Lu gapapa kan kalau gapapa gue tinggal" sambil menggendong anak anjing yang tengah duduk di tengah jalan tadi.
"SAKIT BEGO! TOLONGIN KEK INI GUE KEJATUHAN MOTOR MASAK MATA LO GA LIAT"
"Oh Kejatuhan, ya berdiri sendiri sono"
"Kek nya lo masih kuat tuh buktinya banyak bacot" sambil langsung pergi meninggalkan tempat tersebut.
"HEHHH TANGGUNG JAWAB LO!"
"Malu-maluin banget tuh orang"
"Masak gitu aja ga bisa berdiri sendiri" Omelku sepanjang jalan.
Saat aku sampai di rumah nenek menatapku dengan heran "Yara apa yang kamu bawa itu?"
"Eh, tadi aku liat di jalan nek. Terus mau ke tabrak tapi aku selamatin. Biarkan dia disini dulu ya nek"
"Nenek hanya bertanya apa yang kamu bawa tetapi kamu selalu menjelaskan kejadiannya" jengah nenek.
Nenek berjalan sambil melihat nama di kalung anak anjing tersebut. "Yara segera cari pemilik dari anjing ini. Nenek tidak mau rumah ini menjadi penampungan anak anjing"
"Siap nek. oh iya ini sayurnya, Yara mau pergi cari yang punya anjing"
"hati hati Yara, segera pulang" teriak nenek dari kejauhan.
Aku berjalan sambil membaca nama anak anjing tersebut. "Subag" nama yang cukup aneh untuk seekor anak anjing.
Hum... mungkin pemilik anjing ini adalah orang yang unik hingga memberi nama yang tidak biasa.
Saat aku berjalan di tengah kompleks perumahan, aku melihat ada seseorang yang sepertinya sedang mencari sesuatu.
Aku pun menghampirinya. "Permisi, ada yang bisa dibantu?"
"Eh, ituu kamu nemuin dimana?" tanya orang tersebut
"Oh, dijalan. kenapa?"
"itu anjingku, terimakasih sudah menemukannya"
aku merasa kurang percaya pada orang tersebut, karena wajahnya sangat asing. Untuk memastikannya aku pun bertanya "apakah kamu tau siapa nama anjing ini?"
"Subag" jawab orang itu
"Oke, ini anjingmu. lain kali jangan sampai lepas lagi" ucapku sambil memberikan anak anjing tersebut.
"Baiklah, terimakasih"
"Jika ada ketemu lagi aku akan memberimu imbalan. Maaf aku tinggal dulu karena aku ada keperluan. sekali lagi terimakasih" ucap orang tersebut dengan buru buru.
sambil tersenyum aku pun membalas perkataannya "iya sama sama"
Aku pun pulang ke rumah, mandi kemudian makan sarapan yang telah disediakan nenek. Karena hari ini hari libur aku berencana menghabiskan waktuku sendirian di kamar.
Saat sedang berbaring aku berfikir sepertinya hari ini adalah hari yang memusingkan. Banyak hal yang terjadi hari ini, tapi cukup mengesankan.
Walaupun agak kesel tapi tak mengapa karena aku bertemu seorang lelaki yang rupawan. Pemilik anjing itu, iya pemilik Subag. Satu hal yang perlu kalian ketahui. DIA SANGAT TAMPAN