Di suatu hari yang cerah di kota Jakarta terlihat seorang gadis yang tidak terlalu cantik namun juga tidak terlalu jelek sedang duduk sambil menatap papan tulis dengan bosan.
"Oke anak anak, apakah penjelasan bapak kali ini bisa dipahami?"tanya Pak Budi.
"bisa pak" jawab murid-murid dengan serentak.
"Vanalika apakah kamu paham??"
"Saya harap kamu memahaminya karena, nilai kamu saya lihat sedikit menurun"
"Vanalika apakah kamu mendengar bapak?"
sedangkan yang ditanya Pak Budi sendiri malah melamun entahh apa yang ada dipikiran otak kecil tersebut.
DUK DUK DUK bunyi suara spidol yang di ketuk Pak Budi.
"Eh iya pak?" tanya Vanalika yang terkejut.
"Apakah kamu mendengar apa yang tadi bapak katakan?" tanya Pak Budi sambil mengangkat satu alisnya.
"Emma anu.. em... maaf pak saya.. ttadi kurang memperhatikan. mmungkin bapak bisa tolong katakan sekali lagi" jawab Vanalika sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dan jangan lupa cengirannya karena merasa sungkan.
"Saya tidak akan mengulanginya, tapi saya harap kamu bisa menjadi lebih memperhatikan dalam perlajaran saya" Ucap Pak Budi dengan Tegas.
KRINGGGGGGGG... KRING.....
"Baik anak anak pelajaran saya akhiri, selamat beristirahat" Kata Pak Budi sambil membawa tasnya dan pergi dari kelas tersebut.
"VANAAAA! Yuhuhh" teriak Mika sambil menghampiri Vanalika
Mikaela Jeni Chandranawinata, Biasa dipanggil Mika. Ia adalah teman masa kecil satu satunya yang mampu bertahan dengan Vanalika.
Walaupun ia dan Vanalika satu sekolah dari kecil anehnya mereka tidak pernah sekelas. Walaupun begitu hubungan mereka tidak pernah terputus.
"Sstttt... lo ga malu apa teriak teriak gitu"
"Ngapain malu? gue kan cuman panggil kagak joget joget kek uler keket"
"Ngaku aja lo yang malu kan?? ngaku, ga usah sok sok an marahin gue" ucap Mika sambil menoel-noel bahu Vana.
sedangkan ekspresi Vana??? jangan ditanya dia hanya melirik temannya em ralat, SOHIB-nya itu dengan menyipitkan matanya tanda jijik.
"Apaan sih, gr banget jadi orang" jawab cuek Vana.
"hilih hilih ngaku aja napa susah banget" jawab Mika tak mau kalah.
"Udah-Udah. Lo ikut ke kantin ga? gue dah laper banget" tanya Vana
"Yaa ikut dong, gue juga dah laperr + kangen sama baksonya Mang Udin" jawab Mika
"Yaudah hayuk" ajak Vana sambil menggandeng tangan Mika seperti ibu yang menggandeng anaknya. Mereka berdua jalan dengan gembira diselingi canda dan tawa.
•Setibanya di kantin•
"Mang Udin bakso nya 1 yaa ga usah banyak banyak kuahnya, tahunya diganti siomay, ga pake daun bawang, ga pake bawang goreng, sendok nya 1, garpunya 1, kasih saus sambal aja dikit mang, kecapnya juga taruh disebelahnya ya mang biar serasii" Ucap Mika kepada Mang Udin.
"SIAP NENG! kek biasanya kan?" Tanya Mang Udin memastikan.
"Yoi mang" balas Mika sambil mengacungkan jempolnya
"Gilak, Mang Udin sampe hafal. Padahal pesenan lu panjang banget kek rel kereta api"
"Gue kalau jadi Mang Udin ga mau pusing buatin pesenan sebanyak itu, gue suruh lu buat sendiri aja biar ga ribet" Gerutu Vana sambil bersedekap dada.
"Sstttt... Vanalika yang cantik udah deh diem diem bae, yang anteng, yang manis, ga usah ngomel ngomel. lagian Mang Udinnya aja santuy" Bela Mika dengan nada yang dibuat sehalus mungkin.
"Mang Udin baksonya 1 porsi campur aja gapapa mang, ga pake saus tapi pake kecap aja" Pesan mika kepada Mang Udin.
"Okeee neng" jawab Mang Udin.
"Halah, lo ngatain gue tapi lu pesenannya juga banyak" singgung Mika.
"Eh ngaca, gue pesen ga secerewet lo kali Mik" bela Vana yang tak terima.
sedangkan Mang Udin yang melihat kejadian itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja.
Yang satu suka ngomel, suka ngritik, jutek, lumayan sabar. yang satu lagi periang, cerewet, ga sabaran. Mereka seperti saling melengkapi ditengah kekurangan satu sama lain.
Mungkin itulah yang membuat mereka bisa bertahan dari dulu hingga bersahabat sampai saat ini.
"Neng, ini neng pesenannya" kata mas undin sambil memberikan kedua mangkuk bakso
"Makasih mang" jawab Mika ambil tersenyum.
sedangkan Vana? jangan ditanya ia hanya mengambil mangkuk bakso tersebut dan menundukkan kepalanya karena ia menganggap kata terimakasihnya sudah diwakilkan oleh Mika.
Mereka akhirnya berjalan beriringan untuk mencari meja yang kosong. Setelah itu...
"ADUHHHH" Teriak Mika
"Kenapa lu?"
"Sakit Mik?" Tanya Vanalika khawatir
"Gue gapapa Van, cuman haus aja hehehe" jawab Mika sambil nyengir.
"Kebiasaan lu mah"
"Gajes"
"Lama-lama gue tinggal lu makan sendirian tau rasa" gerutu Vanalika
"Peka kek Van, belikin apa gituu nanti gue bayar" Jawab Mika
"nyenyenye" Kata Vanalika sambil berdiri dan membeli minuman untuk Mika
Saat sedang menyusuri kantin ia melihat salah satu tempat menjual minuman botolan yang tidak terlalu ramai. Karena Vanalika tidak mau ribet dan riweh akhirnya ia menuju tempat tersebut.
"Vanalika" Sapa seorang cowo yang kebetulan sedang mengambil minuman di tempat tersebut.
"Ya?" jawab Vanalika dengan bingung, pasalnya ia tidak terlalu mengenal murid SMA Jaya Pelita ini.
"Lo mau beli minum juga?" tanya cowo tersebut basa basi.
"Ya iya lah, masak gue mau ngepel" Sewot Vanalika.
"Oh, barengan aja yuk sama punya gue" tawar cowo itu
"Ngapain?"
"Ga usah gue bisa beli sendiri" Tolak Vanalika dengan sopan.
"Halah Van, gapapa nih gue bawa banyak. sekalian aja nih buat lo" paksa cowo itu.
"Gapapa?" basa basi Vanalika karena bila ada yang gratisan kenapa harus di tolak.
"Iya gapapa" jawab cowo itu
"Makasih.. um.....Navaro" kata Vanalika sambil melirik nama di seragam tersebut.
"Lu kok bisa kenal gue?" tanya Vanalika spontan
"Lo masa lupa?"
"Hahaha lucu bangett sih" tawa si Cowo itu
sedangkan Vanalika hanya mengkerutkan alisnya sambil berfikir. Ia merasa familiar dengan cowo tersebut tapi... dimana ia pernah bertemu sebelumnya?
Oh... ternyata dia.....
"Ggue inget, makasih traktirannya" jawab Vanalika dengan cepat dan kemudian ia langsung mengambil 2 botol tersebut dan berlari.
"Lucu" Katanya singkat sambil melihat kepergiannya sambil tersenyum manis.
"Lama banget Van?"
"Cari pacar ya lu??" tanya Mika
"Ih, ngga."
"Agak lama soalnya tadi ngomong bentar sama Navaro" Jawab Vanalika jujur.
BUSSSSSSTTT
Sembur Mika
"Demi apaan Lo?" Tanya Mika yang terkejut.
"Ga demi apa apa" jawab Vanalika singkat dan jelas.
"Lo kek nya beruntung banget sih, secara tuh orang jarang banget ngajak ngomong cewe kalo ga perlu" kata Mika serius
"Halah, denger denger kali Lo" Kata Vanalika tak percaya.
Bagaimana ia percaya sedangkan tadi cowo tersebut bukan seperti cowo pendiam yang diceritakan sahabatnya itu. ia cukup yakin, apalagi saat pertemuan pertamanya cowo itu sangat... errrrr
"Ih, gue temen sekelasnya. Makannya gue bilang gitu. ga asal bilang ni mulut SUERRR" ucap Mika sambil memberikan tanda peace.