Feroza Kavi, berkali-kali menghembuskan nafas beratnya sambil berpikir keras untuk menemukan jalan keluar yang bisa membawanya pergi dari rumah istrinya.
Bagaimana tidak, Feroza sudah membuat janji akan bertemu dengan Natasya satu jam lagi tapi hingga detik ini ia belum bisa keluar dari rumah itu terlebih ada cukup banyak penjaga di luar sana.
"Bodoh sekali! Bisa-bisanya aku tak sadar jika saat ini aku sedang berada di rumah keluarga Weldova!" umpat Feroza pada dirinya sendiri.
Sesekali Feroza juga masih sempat menoleh ke arah istrinya untuk memastikan wanita itu tetap berada dalam posisinya tadi, bahkan ia sedikit berpikir melepaskan ikatannya di tubuh Griselda sebab tak tega melihatnya sangat menderita.
"Tidak, tidak! Aku tak boleh melepaskan ikatannya karena hanya dengan cara ini Griselda bisa diam dan tidak memberontak!"
Tingg
Satu pesan masuk lagi-lagi mengejutkan Feroza dan ia hanya bisa mengelus dada untuk menenangkan dirinya sendiri, "Bahkan sekarang aku menjadi manusia yang mudah terkejut."
"Feroza, bisakah kau menemuiku di ruang keluarga?" tanya Frans melalui pesan yang baru saja ia kirimkan kepada menantunya.
Permintaan mertuanya membuat Feroza semakin terkejut, "Ada apa ini? Apa jangan-jangan mereka tahu kalau aku mengikat Griselda di atas kasur? Tapi bagaimana mungkin mereka bisa mengetahuinya?"
"Tak mungkin bukan jika mereka menaruh CCTV di kamar ini?" lanjut Feroza lagi sambil memperhatikan sekelilingnya kamarnya.
Tanpa membalas pesan mertuanya, Feroza memutuskan untuk langsung pergi menuju ruang keluarga seperti apa yang diperintahkan Frans padanya.
Tak lupa Feroza mengunci pintu kamarnya dengan sangat rapat agar tidak ada satupun orang yang bisa masuk ke dalam sana, lalu lelaki itu berjalan cepat untuk menemui mertuanya.
Jaraknya yang cukup dekat membuat Feroza cepat sampai di tempat yang ditujunya dan sekarang ia sudah berhadapan dengan Frans, "Ayah? Ada apa ayah memanggilku ke sini?"
"Apakah aku mengganggu waktumu?" tanya balik Frans yang terlihat sangat santai.
Dengan perlahan Feroza menggelengkan kepalanya lalu menjawab, "Ti-tidak, memangnya kenapa?"
"Tak apa, aku hanya takut malah mengganggu waktumu. Jadi begini, aku sangat senang atas pernikahanmu dengan putriku maka dari itu aku telah memutuskan untuk memberikan hadiah kepada kalian berdua." Frans berkata dengan lebih semangat dari sebelumnya.
Merasa tak mengerti dengan maksud perkataan mertuanya Feroza segera mengangkat sebelah alisnya sembari terus menatap wajah Frans yang nampak begitu serius, "Maksud ayah?"
"Aku sudah membeli tiket honeymoon untuk kalian berdua ke luar negeri," sahutnya dengan jelas.
Bukannya senang pada hadiah yang diberikan Frans kepadanya namun justru Feroza terlihat sangat terkejut bukan main ditambah raut wajahnya seperti tidak menyukai pemberian mertuanya, "Honeymoon? Ta-tapi kenapa ayah tidak memberitahuku dan Griselda terlebih dahulu?"
"Untuk apa? Lagipula kalian berdua hanya perlu menerima apa yang telah aku berikan, pergi honeymoon adalah hal yang menyenangkan jadi mengapa harus ditolak?" tegasnya sangat serius.
Ya, memang benar. Feroza tak memiliki alasan untuk menolak pemberian Frans, terlebih lelaki itu akan bertanya-tanya jika Feroza tak menerima hadiah pernikahan mereka berdua.
Pergi ke luar negeri menjadi salah satu hal menyenangkan yang ingin Feroza lakukan, namun jika ia harus pergi bersama istrinya yang gila maka Feroza akan lebih memilih tidak pergi kemanapun.
"Mengapa kau terlihat tidak senang seperti ini?" tanya Frans lagi yang merasa sangat heran pada sikap menantunya.
Segera saja Feroza merubah raut wajahnya agar tidak dicurigai lagi sebab ia khawatir sandiwaranya saat ini bisa terbongkar, "Bukan begitu ayah, aku hanya terkejut saja pada hadiah yang kau berikan makanya aku tak bisa berkata-kata."
"Baguslah, besok kalian bisa pergi. Aku juga sudah memerintahkan beberapa asisten untuk menemani kalian agar kau juga tidak kerepotan mengurus Griselda," ujarnya sembari mengeluarkan beberapa keperluan yang harus Feroza bawa termasuk tiket ke luar negeri.
Benar-benar suatu hal yang tidak disangka, bahkan pergi ke luar negeri saja bisa sangat dadakan seperti ini. Sehingga mau tak mau Feroza harus menerimanya, "Terima kasih, Ayah."
"Meskipun ada asisten yang menemani kalian, tapi aku tetap menitipkan Griselda padamu karena kau yang bertanggung jawab lebih besar pada keamanan dan keselamatan putriku."
"Iyah ayah, aku tahu itu."
Mendapatkan tugas yang menurut Feroza cukup besar membuat lelaki itu merasa terbebani, apalagi seharusnya menikah bisa menciptakan suasana yang menyenangkan bukannya malah sibuk menjaga wanita yang kurang waras.
Belum lagi jika terjadi sesuatu hal yang tidak inginkan di luar negeri nanti, maka Feroza yang pastinya akan mendapatkan teguran besar dari keluarga Laurence.
"Sekarang kau bisa kembali ke kamar," titah Frans yang merasa urusannya sudah selesai.
Feroza menganggukkan kepalanya pelan lalu ia mulai membalikkan badan dan melangkahkan kakinya pergi dari hadapan sang mertua, tetapi baru saja beberapa langkah suara berat Frans kembali menahan Feroza.
"Fero ...," panggil Frans cukup mengejutkan.
Dengan jantung yang berdegup kencang Feroza pelan-pelan menoleh pada Frans sambil menjawab, "Iyah, Ayah."
"Apakah Griselda sudah tidur? Tumben sekali dia tidak bersuara malam-malam begini?" tukasnya yang merasa heran.
Jantung Feroza semakin berdetak kencang ditambah ia cemas kalau lelaki itu akan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Griselda, sebisa mungkin Feroza berusaha terlihat tenang dan menutupi rasa cemasnya.
"Su-sudah, tadi saat aku keluar kamar dia sudah terlelap."
Frans hanya tersenyum tipis seperti sedang membayangkan sesuatu yang telah terjadi pada Feroza dan Griselda, meskipun sejujurnya bayangan Frans tak seperti kenyataannya.
Melihat Frans yang sudah beranjak pergi membuat Feroza bisa bernafas lega kemudian ia mengelus dadanya dengan lembut, "Huft, untung saja."
Tak mau berlama-lama lagi di tempat itu akhirnya Feroza segera melangkahkan kakinya untuk pergi ke kamar tidurnya bersama Griselda, ditambah Feroza juga ingin memastikan keadaan Griselda tetap aman dan baik-baik saja.
Sesampainya Feroza di dalam kamarnya, ia langsung menoleh ke arah kasur tempat terakhir kali ia melihat keberadaan Griselda.
Namun ternyata wanita itu sudah tak berada di sana, Griselda menghilang begitu saja entah ke mana seperti hilang ditelan bumi.
"Selda? Ke mana wanita itu? Mengapa dia tak ada di kasur?" gumam Feroza seorang diri lalu ia memutar matanya mencari keberadaan Griselda ke semua penjuru kamarnya.
"Sialan! Ke mana wanita itu? Mengapa dia menghilang seperti ini?"
Feroza bergegas mencari Griselda di kamar mandi karena hanya tempat itu satu-satunya yang memungkinkan menjadi persembunyian istrinya, tapi sayangnya Feroza tak dapat menemukan Griselda di sana.
"Selda! Di mana kau?" teriak Feroza cukup keras dengan wajah yang sangat frustasi.
"Arghh! Dasar wanita gila, bisanya hanya menyusahkan aku saja! Jika sudah tertangkap, aku tidak akan membiarkanmu hidup dengan tenang!" umpat Feroza semakin kesal.