Chereads / Menikahi Nyonya Gila / Chapter 12 - Firasat yang Benar

Chapter 12 - Firasat yang Benar

Feroza tersentak kaget ketika seseorang memeluknya dengan sangat kencang dari arah belakang, kedua tangan itu melingkar di perutnya begitu kuat dan lekat seakan ingin menghabisi Feroza detik itu juga.

"Natasya, apa yang kau lakukan? Bagaimana kalau ada orang lain melihat?" ujarnya yang terlihat benar-benar cemas.

Terpaksa Natasya segera melepaskan pelukannya di tubuh Feroza lalu ia menjawab, "Memangnya kenapa kalau ada yang melihat? Bukankah kita sedang berada di negara orang lain jadi mana mungkin ada yang mengenal kita."

"Maksudku asisten Griselda, mereka bisa saja sedang berada di sekitar sini."

Mendengar jawaban kekasihnya Natasya langsung tersenyum tipis dengan sinis, "Sekarang kau sangat mencemaskan semua hal mengenai Griselda, benar-benar tidak pernah terduga."

"Ayolah, Natasya. Jangan bersikap begini terus, kau tahu bukan kalau Selda sangat penting bagiku karena aku menginginkan hartanya!" tegas Feroza kesal.

"Terserah apa katamu."

Dengan penuh kelembutan, Feroza meraih tangan Natasya dan menggenggamnya erat sembari terus menatap wajah manis yang selalu ia sukai sejak dulu.

"Sayang, aku melakukan ini demi kita berdua dan juga anak yang kau kandung." Feroza masih terus membujuk Natasya dengan ucapan manisnya.

"Sekarang lebih baik kita pergi dari sini dan mencari tempat yang aman," tukas Feroza lagi mengajak kekasihnya untuk pergi.

Natasya hanya mengangguk setuju pada ajakan Feroza dan mereka mulai melangkah pergi mencoba menjauh dari keramaian kota, sepertinya keduanya ingin menikmati suasana menyenangkan di Negara orang lain dengan berjalan berdua.

Meski sejujurnya Feroza mencemaskan kepergiannya dari resort meninggalkan Griselda begitu saja, namun ia tak punya pilihan lain sebab Natasya sudah memberikan ancaman akan menggugurkan bayi di dalam perutnya jikalau Feroza tak datang menemuinya.

Sedangkan Griselda di dalam resortnya saat ini sedang berperang dengan kekesalannya yang begitu menggebu-gebu, ia harus meratapi kegagalannya untuk mempertahankan Feroza tetap bersama dengannya.

Namun sayangnya, Griselda dikalahkan oleh wanita lain yang statusnya memang adalah kekasih asli Feroza. Jelas saja hal ini membuat Griselda marah besar apalagi harga dirinya terasa jatuh ke dalam jurang, ia tak dapat menerimanya dan tidak akan tinggal diam saja.

"Arghh! Arghh!" teriak Griselda dengan sangat kencang sambil terus melempar semua barang yang berada di hadapannya.

Bahkan sprei dan semua benda yang berada di atas kasur sudah benar-benar berantakan tak tertolong lagi, kejiwaannya mulai terganggu sehingga dirinya tak bisa mengontrol diri.

"Arghh! Feroza, sialan! Kau bodoh! Kau bodoh, karena telah memilih meninggalkanku seperti ini!" umpatnya lagi dengan urat wajah yang sudah terlihat sangat jelas.

Para asisten Feroza yang dapat mendengar suara teriakan Griselda memutuskan untuk bergegas datang ke resort majikannya, satu lelaki dan dua wanita berlari cepat hingga tiba di depan pintu resort Griselda.

Tok tok tok

"Nona Selda, apa yang terjadi? Apakah kau baik-baik saja?" tanya asisten satu dengan wajah yang sangat cemas dan terus mengetuk pintunya.

Terdengar jawaban dari dalam resort dengan suara yang sangat kencang, "Jangan menggangguku, bodoh!"

Tak ingin terjadi sesuatu hal yang buruk pada majikan mereka, asisten satu memutuskan untuk membuka pintu resort menggunakan kunci cadangan yang sebelumnya sudah ia pegang.

Krekkk

Setelah pintunya terbuka barulah mereka bertiga masuk ke dalam untuk menghampiri Griselda, ketiganya cukup terkejut ketika melihat keadaan resort yang sudah sangat berantakan ditambah dengan penampilan Griselda yang begitu kacau.

Rambutnya kusut dan acak-acakan, bahkan wajahnya saja begitu seram akibat amarah yang membludak dalam wajah wanita itu.

"Nona?"

"Untuk apa kalian masuk ke sini? Aku sudah bilang untuk jangan masuk!" teriak Griselda lagi dengan mulut yang sangat terbuka lebar.

Tubuh Griselda yang menegang tiba-tiba saja bergerak dengan cepat tak tentu arah, wanita itu sudah benar-benar gila sehingga lebih brutal membuat kekacauan di kamarnya.

Teriakan-teriakan yang kencang juga terus terdengar begitu melengking, "Arghh! Arghh!"

Hal ini membuat para asisten Griselda semakin mencemaskan keadaan wanita itu, sehingga asisten satu langsung memerintahkan anak buahnya untuk memegangi tubuh Griselda.

Mereka dengan susah payah memegang kedua bahu Griselda secara paksa sebab tak ada pilihan yang bisa ketiganya lakukan untuk menenangkan wanita itu, dan asisten satu segera mengeluarkan sebuah suntikan yang sudah berisikan cairan obat yang ia bawa kemanapun ia pergi.

"Maafkan aku, Nona. Aku harus melakukan ini," ujarnya dengan wajah yang penuh penyesalan.

Segera asisten satu menyuntikan cairan itu ke lengan Griselda dengan susah payah karena Griselda tak kunjung diam, "Maafkan aku."

"Arhh," lirih Griselda yang kini suaranya melemah seperti tersihir oleh obat penenang.

Setelah tubuh Griselda terkapar lemah tak berdaya barulah mereka menggendong wanita itu untuk dibaringkan di atas kasur, mereka melakukan tugas dengan sangat baik dan penuh kewaspadaan.

"Sekarang kalian bersihkan dan rapihkan tempat ini, aku akan mencari keberadaan menantu. Dan jangan lupa kabari aku jika lelaki itu sudah pulang ke sini!" perintah asisten satu dengan sangat tegas dan seperti menahan kekesalan dalam dirinya.

Bagaimana mungkin lelaki itu tidak merasa kesal pada Feroza, karena suami Griselda baru saja mengatakan dirinya bisa menjaga majikannya itu tanpa bantuan siapapun namun sekarang Feroza sudah menghilang begitu saja dan meninggalkan Griselda yang kambuh.

Tanpa membuang-buang waktu lagi, asisten satu segera melangkahkan kakinya untuk pergi dari itu sedangkan dua asistennya yang lain bergegas merapihkan dan membersihkan kekacauan yang sudah Griselda buat.

Entah menjadi sebuah firasat yang kuat atau hanya sebatas kebetulan, Feroza merasakan hatinya tak tenang dan berdebar seperti sesuatu hal yang buruk akan segera terjadi pada dirinya.

Di tempatnya saat ini, Feroza menoleh ke segala arah mencari sesuatu yang tak pasti dengan begitu panik dan cemas. Natasya yang baru saja selesai membeli minuman dingin di sebuah kedai kopi langsung menatap kekasihnya dengan heran sekaligus penasaran, "Feroza? Ada apa?"

"Mengapa kau terlihat tak tenang begini?" tanya Natasya lagi sembari menyodorkan satu cup minuman untuk lelaki itu.

Tak ingin membuat suasana hati Natasya berubah akhirnya Feroza memilih untuk berbohong dan menutupi kerisauannya, "Tak apa, aku hanya sedikit pusing."

"Kau pusing?" tanya Natasya lagi memastikan keadaan Feroza baik-baik saja.

"I-iya, kita pulang sekarang ya!" Feroza langsung mengajak kekasihnya untuk pulang karena ia sudah merasa sangat tak enak hati.

Tetapi Natasya yang masih ingin berada di tempat itu memilih menolak ajakan kekasihnya, "Tapi kita belum selesai berjalan-jalan, masih banyak hal yang ingin aku coba."

"Natasya, masih ada banyak waktu!" tegasnya dengan kesal sebab mendapatkan penolakan dari wanita itu.

"Rupanya kau di sini," ujar seseorang yang secara tiba-tiba muncul di hadapan Feroza dan Natasya.