Saya berdiri tepat di mana kau bisa melihat senja yang begitu indah. Saya berada di atas dinding yang menjadi pembatas antara kota dan kawasan luar. Saya berada di sini bukan karena harus menjaga supaya kota tetap aman dari macam-macam serangan. Saya menikmati waktu sore ini dengan asap rokok, dan saya siap kapan saja untuk melompat ke bawah; mati akibat bunuh diri.
"Damai... kota ini damai."
Itu hanya bercanda saja, saya tidak bermaksud untuk bunuh diri dengan cara melompat ke bawah. Saya di sini karena ingin menikmati embusan angin dengan asap rokok di mulut saya saja. Jadi kau jangan beranggapan hal yang aneh-aneh.
Saya akhirnya sadar bahwa saya masih memiliki tanggung jawab untuk sekarang ini. Saya tidak boleh mati sebelum gadis vampir itu pergi dari kehidupan saya. Bila saya mati begitu saja, entah itu karena saya bunuh diri atau dibunuh, saya seperti pria yang tidak memiliki tanggung jawab. Dengan kata lain, saya sudah seperti pria pecundang yang meninggalkan tanggung jawab begitu saja.
Saya adalah pria bebas yang bisa melakukan apa saja asal sesuai aturan dan tidak berlebihan. Kehidupan saya bebas, itulah yang saya pikirkan. Menjadi seorang petualang bebas seperti saya juga mendapatkan keuntungan. Contoh saja seperti, kau tidak terjerat oleh quest-quest yang membosankan itu. Kau bebas untuk bertualang ke mana saja. Kau bebas untuk memilih pilihanmu. Itulah mengapa menjadi petualang bebas adalah pilihan yang tepat untuk saya.
Meski begitu, saya tidak sepenuhnya bebas. Bila para orang-orang brengsek itu memanggil saya lalu menyuruh saya ini-itu, saya mau tidak mau harus menuruti itu. Saya masih terkekang di dalam kurungan yang dibuat mereka. Itu karena saya masih berada di kota ini, tinggal di daerah ini, dan hidup di negeri ini. Maka dari itu, saya hanya bisa menikmati waktu kebebasan ini dengan berdiri menatap cakrawala.
Setelah berada di sana, sadar bahwa hari mulai gelap, saya membeli beberapa barang untuk makan malam nanti. Setelah itu, saya kembali ke rumah saya yang terbuat dari kayu dan bisa hancur kapan dengan apa saja.
Saya membuka pintu, menyalakan bohlam sihir yang sebagai alat penerangan rumah, lalu menaruh barang-barang belanjaan saya di meja kayu yang saya buat.
Saya masih dapat merasakan aura dari gadis vampir di kamar itu. Auranya masih terasa begitu menyeramkan bahkan membuat bulu kudung saya merinding untuk beberapa saat karena belum terbiasa.
Suara gerang darinya membuat pintu itu terasa seperti pintu yang tidak boleh dibuka oleh siapa pun. Itu seperti ruangan terlarang. Jika saya membuat segel dari sihir saya, mungkin itu akan terjadi; ruangan itu akan menjadi ruangan terlarang.
Meski rumah ini tidak terlalu besar, hanya ada satu petak untuk istirahat dan dapur, satu petak kamar yang menjadi tempat gadis vampir itu berada, saya tetap dapat memulai masak dengan perapian ini, yang mirip seperti alat untuk menempa.
Aku mulai memasak. Malam ini adalah waktunya untuk makan daging dengan makanan penutup adalah buah-buahan. Well, saya tidak pernah bosan untuk memakan itu.
Saya tidak lupa juga untuk membuat makanan untuk gadis vampir itu. Meski itu akan menjadi mubazir nanti, yeah, saya tetap melakukan itu demi untuknya. Mau bagaimana lagi, saya yang bertanggung jawab untuknya sekarang ini. Jadi apa boleh buat.
TOK! TOK! TOK!
"Aku akan masuk!"
Saya membawa makanan untuknya dan bola lampu yang sebagai penerangan untuk kamar ini. Ini sudah terasa seperti ingin mengadakan ritual yang daging sebagai materialnya.
"Apakah kau menghabiskan makananmu?" Saya bertanya, tapi tidak ada repons darinya. Meski begitu, saya membungkuk dan menaruh makanan di depannya. "Begitukah? Kau tidak menghabiskan makananmu lagi?"
"Grrrr..."
Saya masih belum terbiasa dengan sorotan tajamnya itu. Itu seperti dia kapan saja menyerang saya. Matanya benar-benar sangat tajam mengarah ke saya. Meski begitu, anehnya, kali ini bola matanya tidak menghitam dan memerah. Bola matanya kecokelatan, menandakan bahwa dia sedang tenang sekarang.
Setelah menaruh makanan di depannya, saya melukai jari saya sehingga membuat saya terluka dan mengeluarkan darah.
"Buka mulutmu sekarang!"
Dia membuka mulutnya, menuruti apa yang saya katakan. Saya memberikan darah yang berjatuhan dari jari saya menuju ke mulutnya yang terbuka itu.
Meski dia tidak mendapatkan asumsi dari makanan, setidaknya dia dapat meminum darah saya.
"Well, lain kali saya akan mencarikan darah yang lain untukmu. Bila kau terus mengambil darahku, aku bisa kekurangan darah nanti."
Saya merasa bahwa darah saya akan habis sekarang. Ini membuat tubuh saya lemas.
"Mandi..."
Dia mengatakan sesuatu setelah saya memberikannya darah saya.
"Kau mengatakan apa?"
"Mandi..."
"Mandi? Kau ingin mandi?"
Dia merepons dengan mengangguk. Itu adalah jawaban darinya yang selama ini tidak pernah saya dapatkan. Saya begitu senang saat dia merepons dengan mengangguk itu, itu tampak seperti saya sudah berhasil mengajaknya berbicara.
Meski itu membuat saya senang, saya memastikan sekali lagi bahwa saat ini dia dalam kondisi tenang. Saya melihat matanya yang berwarna kecokelatan itu dan taringnya yang secara perlahan menghilang dan menjadi gigi biasa. Setelah saya yakin, saya melepaskan rantainya dan membantunya berdiri.
Setelah saya perhatikan baik-baik, ketika dia tepat berdiri di depan saya yang sedang berjongkok ini, tinggi badannya bertambah. Dia sedikit lebih tinggi daripada saat saya pertama kali bertemu dengannya beberapa hari yang lalu. Tampaknya tinggi badannya bertambah sedikit.
"Ayolah!"
Dan untungnya dia benar-benar tenang, jadi saya tidak akan diserang olehnya ataupun digigit olehnya ataupun apalah itu yang akan membahayakan saya nanti.
Saya harus menimba sumur yang cukup dalam. Saya tidak menyisakan air ketika saya mandi pagi. Saya tidak tahu bahwa dis ingin mandi. Maka dari itu, saya mengulang menimba air di sumur di saat gelap sudah datang.
Setelah menimba air di sumur, dan saat saya sadar bahwa bukan saya yang akan mandi, saya membawa gadis vampir itu keluar menuju kamar mandi yang terbuat dari kayu dan tidak besar.
Dia duduk dengan tenang di atas kursi yang terbuat dari kayu, yang sudah diasah dengan baik oleh pengrajin.
Setelah membuka baju kotornya itu, yang tidak pernah diganti sejak saya membawanya, saya mengguyurnya dengan air. Lalu saya mulai membersihkan tubuhnya yang amat putih itu.
"Aku rasa seharusnya saya memanaskan air terlebih dahulu. Kau pasti kedinginan, 'kan? Aku tidak bodoh, 'kan?"
Saya bertanya-tanya dengan apa yang telah saya lakukan. Saya berpikir bahwa saya ini bodoh. Saya tidak seharusnya memperlakukan itu kepadanya. Mungkin itu wajar bila saya yang diperlakukan seperti itu, menerima air dingin di malam hari, tapi dia, dia hanya gadis kecil saja. Saya sangat bodoh memandikannya dengan air dingin di malam hari nan dingin ini.
Dia tidak merepons perkataan saya, dan saya pun sadar bahwa dia seperti itu karena kebodohan saya ini.
"Lain kali, aku akan memperhatikan tindakanku. My bad."
Saya tidak lupa juga untuk membersihkan rambut peraknya itu. Itu benar-benar kotor, jadi saya membutuhkan waktu yang cukup lama supaya rambutnya benar-benar bersih. Tapi pada akhirnya, karena terlalu lama untuk membersihkan rambut peraknya yang tumbuh sampai punggungnya itu, saya menyerah dan mengambil belati saya di dalam. Setelah kembali, saya dengan santainya memotong rambutnya itu hingga sampai sejajar dengan lehernya. Setelah itu, saya membersihkan rambutnya tanpa sedikit pun masalah.
"Selesai."
Saya berhasil, saya berhasil mendapatkan cacatan baru. Saya memandikan gadis vampir. Itu adalah prestasi yang tidak patut untuk dipuji ataupun diadakan sambutan oleh orang lain.
Melihat pakaiannya yang sudah tidak layak untuk dipakai, saya berinisiatif untuk melakukan sesuatu. Saya teringat bahwa dia sangat cocok untuk warna putih. Rambutnya perak, matanya yang kecokelatan itu sangat indah bila dia tenang, dan wajah dan kulitnya sangat cantik, karena itulah dia sangat cocok untuk warna putih.
Saya membawanya ke dalam rumah supaya dia tidak kedinginan. Yeah, saya tidak lupa untuk memberikannya kain yang terbuat dari bulu domba supaya dia hangat. Setelah itu, saya bergegas mencari pakaian saya.
Saya menemukan pakaian saya yang menurut saya tidak berguna. Mereka adalah zirah kulit yang tidak saya gunakan lagi. Saya dengan cepat menjahit mereka dengan bantuan sihir, beberapa lilin, serta alat-alat lainnya.
Saya berhasil, berhasil membuat pakaian untuknya. Ini adalah pakaian yang merupakan zirah kulit yang sangat pas dan cocok untuk dipakainya. Dia pasti akan menjadi gadis yang sangat indah daripada sebelumnya.
Saya mengenakan pakaian itu kepadanya, lalu saya mundur dan melihat betapa pakaian itu sangat cocok untuknya.
Itu adalah gaun hiasan hitam dengan gelombang seperti bunga yang bermekaran. Dia memakai gaun hiasan hitam itu dan tampak seperti gadis bangsawan normal yang memiliki rambut perak pendek. Saya sangat senang ketika melihatnya memakai itu.
Dia memang sangat cocok dengan warna putih, karena itulah saya memadukan itu dengan warna hitam. Bila dia memakai warna hitam, itu akan menambah daya tariknya sebagai seorang perempuan. Dan itu berhasil, perpaduan antara hitam dan putih, membuatnya sangat elegan.
"Cantik..."
Dia mengatakan sesuatu lagi. Saya penasaran dengan apa yang dia katakan itu karena suaranya begitu pelan untuk saya dengar.
"Kau mengatakan apa barusan?"
"Cantik."
"Terima kasih. Gaun itu hadiah dariku. Kau suka dengan itu, 'kan?"
"Ya."
"Hahaha. Aku memang berbakat untuk memilih desainer. Seharusnya aku menjadi penjahit saja daripada menjadi petualang. Hahaha."
Entah bagaimana saya bisa tertawa di kondisi ini. Saya seperti sudah lama tidak berbicara secara spontan dengan orang lain.
Karena saya seperti berhasil untuk mendekatinya, saya dengan cepat mengambil makanan itu dari kamarnya, dan memberikan itu kepadanya.
"Makanlah! Kau harus makan sekarang!"
Saya mungkin memang memaksanya, tapi itu demi kebaikannya. Jadi itu tidak masalah bagi saya.
Dia menatap saya terlebih dahulu, tampak seperti memastikan bahwa makanan itu bersih dan tidak mengandung racun. Setelah itu, dia menerima daging itu dan mulai memakan itu.
Saya begitu senang melihatnya makan. Saya seperti telah berhasil mendidik putri dengan baik dan benar. Ini sangat membuat saya senang. Saya ingin berteriak dan memberitahukan kepada orang-orang bahwa saya mendidik putri saya dengan baik dan benar. Tapi pada akhirnya, saya menahan perasaan itu dan hanya merokok di depan pintu rumah.
"Ah... damai... Rumah ini damai. Saya seperti bisa membunuh 20 Minotaur kapan saja. Saya seperti bisa membunuh Demon King kapan saja. Saya seperti siap untuk mencabut sayap malaikat kapan saja. Ah... ini sangat damai."
Terlepas dari apa yang saya katakan, yang hanya gumaman dari saya saja, perasaan saya begitu sangat senang. Ini bagaikan seperti kau berhasil mengalahkan Demon King. Kau disambut hangat oleh penduduk di setiap dunia. Itu karena kau adalah pahlawan yang paling berjasa untuk dunia ini.