"Ini sial sekali. Kenapa aku selalu sial di saat kondisi genting seperti ini? Sial..."
"Guuuuarrr..."
"Guaarrrr..."
Saya terjebak, terjebak di tengah-tengah perang antara pasukan Goblin dan pasukan Orc. Itu sesuatu yang sial untuk saya. Saya sekali lagi harus sial seperti ini.
Saya berada di sini karena ingin membunuh dan membawa beberapa Goblin untuk membuat Helena senang. Dibandingkan dengan mencari Goblin di tengah hutan, yang memerlukan waktu lama untuk mencari mereka, saya memilih untuk mendatangi markas mereka. Akan tetapi, entah mengapa saya datang di saat yang tidak tepat.
Para Orc datang ke sini saat saya berniat tuk pulang dengan membawa 5 Goblin yang telah saya bunuh, itu membuat kuda yang saya tunggangi panik dan meninggalkan saya. Akibat dari itu, saya sudah tertahan di sini selama 3 jam, hanya melihat mereka yang saling bertempur di tengah ladang besar itu.
Mereka berperang demi keyakinan mereka sendiri. Para Orc ingin meluas daerah kekuasaan mereka. Sedangkan para Goblin mempertahankan daerah kekuasaan mereka. Itulah mengapa perang ini terjadi di antara mereka. Dan yang seharusnya tidak terlibat dengan situasi ini, malah jadi ikut terlibat. Ditambah lagi, orang yang seharusnya tidak terlibat dengan perang itu harus mengalami pusing yang cukup parah. Itu akibat he menginjak duri beracun sebelumnya.
"Sial."
Dan orang itu adalah saya.
"Kepalaku pusing sekali."
Duri yang saya injak itu beracun, tapi efek dari racun itu tidak terlalu fatal untuk manusia. Saya hanya pusing saja, tapi pusing yang cukup untuk membuat saya harus beristirahat segera.
"Mungkin dengan beristirahat sejenak, saya bisa pulih."
Saya tidak memiliki sihir penyembuhan, jadi salah satu cara adalah beristirahat sejenak. Yeah, beristirahat, beristirahat di tengah-tengah peperangan antara para Goblin dan para Orc yang bisa saja membunuhmu saat kau sedang menikmati tidurmu itu. Well, itu terlalu sangat berbahaya.
Saya mencari tempat untuk beristirahat dengan berjalan sempoyongan karena efek dari racun itu. Di sana begitu berisik, bahkan di sini pun saya masih dapat melihat beberapa mayat mereka. Ledakan terus terjadi. Suara benda tajam saling beradu satu sama lain. Mereka masih menikmati perang mereka, yang sampai sejauh ini belum menentukan siapa yang menang.
Para Orc memang memiliki badan jauh lebih besar dibandingkan para Goblin, dua kali lebih besar daripada manusia, tapi para Goblin memiliki beberapa Warlock serta Rider yang mampu menjaga keseimbangan kelompok mereka. Mereka adalah makhluk hijau yang hidup secara berkelompok. Sedangkan itu, para Orc, yang memiliki wajah babi serta bertubuh besar seperti manusia dan kulit kecokelatan, mereka adalah yang mengutamakan serangan secara fisik.
Kedua kubu saling memiliki keuntungan dan kekurangan masing-masing.
Perang ini sudah berlangsung selama kurang-lebih 3 jam. Kedua kubu sama-sama kuat dalam menyerang dan bertahan. Saya tidak bisa memastikan siapakah yang akan memenangkan perang ini, apakah itu para Orc atau para Goblin. Tapi itu tidak terlalu penting, karena saya harus mencari tempat untuk beristirahat sekarang. Kepala saya terasa begitu sangat berat. Saya bisa pingsan kapan saja di sini.
"Minggir!"
Satu Goblin, yang menghalangi jalan saya, harus menerima luka akibat katana saya.
Sampai sejauh ini, saya baik-baik saja. Tidak ada masalah ketika saya berjalan sembari menebas beberapa Goblin dan Orc yang menghalangi jalan saya. Saya masih mendapatkan kesadaran untuk melakukan itu. Tapi saat seekor Orc tiba-tiba muncul di samping saya dan menghunuskan flanged mace itu ke arah saya saat saya sedang membunuh beberapa Goblin, saya terpental dan mengalami luka meskipun berhasil menghalau serangan itu.
Kepala saya terbentur berbatuan yang jauh lebih besar daripada saya. Sakit, kepala saya semakin sakit. Bagian belakang kepala saya berdarah akibat benturan itu, ditambah, akibat dari serangan flangsed mace itu, bagian kiri perut saya sobek. Itu serangan yang cukup kuat dari seekor Orc kepada saya.
"Ah, menyebalkan sekali. Kenapa untuk mendapatkan keinginannya itu sangat susah sekali? She hanya ingin makan selain daging sapi ataupun ayam. She hanya ingin daging Goblin atau Orc. Tapi mengapa, mengapa saya tidak bisa memberikan itu kepadanya?"
Saya mengatakan itu setelah menatap peperangan itu dan merokok. Di saat kondisi seperti ini, saya tetap harus terlihat keren. Saya tidak tahu alasan mengapa saya seperti itu, hanya saja, mungkin itu secara alami dari sifat saya yang merupakan seorang bangsawan.
"Helena..."
Setidaknya saya masih kuat tuk berdiri saat ini. Mungkin karena Helena berada di dalam pikiran saya, saya mampu tuk berdiri di kondisi ini. Saya tampak seperti memiliki semangat karena dirinya itu.
"Aku tidak ingin menjadi pria yang tidak bisa merawatmu. Aku adalah pria yang bisa merawatmu. Bagaimanapun juga, akulah yang telah memilih untuk merawatmu daripada membunuhmu di sana. Akulah sang perawatmu."
Aku ngomong apa barusan? Akulah sang perawatmu? Memalukan sekali. Semoga tidak ada yang melihat itu.
Saya berlari, berlari ke arah mereka yang sedang berperang. Saya ikut berperang dengan mereka. Saya lupa tentang luka saya. Saya tidak sadar bahwa saya saat ini saya harus segera beristirahat. Tampaknya itu karena adrenalin saya yang meningkat akibat memikirkan tentang Helena.
Saya berhasil membunuh para Goblin dan para Orc. Saya ikut campur dengan urusan mereka. Saya tidak memikirkan bagaimana saya terus-menerus terkena serangan mereka. Hanya satu tujuan saya saat ini, pulang dengan membawa beberapa Goblin. Itu semua untuk memenuhi kebutuhan Helena.
"Guueekkk...? Apa-apaan ini? Kenapa harus sekarang?"
Ini sudah batasan saya. Itu sudah ditunjukkan dari darah yang keluar dari mulut saya. Dengan kata lain, saya muntah darah dan itu merupakan pertanda bahwa tubuh saya sudah mencapai batas.
Mata saya buram, sudah tidak dapat melihat sekeliling dengan baik. Kedua kaki saya gemetar, terasa begitu lemas untuk bisa berjalan dengan benar. Saya bahkan hampir tidak bisa memegang katana dengan benar karena jari-jari tangan saya goyang. Kepala saya semakin pusing karena akibat racun dan benturan itu. Ini sudah batasan untuk tubuh saya, di mana saya harus berhenti dan segera beristirahat sekarang. Tapi bila tidak, saya akan mati.
Dengan stamina yang tersisa, saya pergi dari sana setelah menghindari beberapa serangan mereka.
Tiba sedikit lebih jauh dari peperangan, saya membuat tali dari ranting pepohonan. Saya masih memiliki stamina untuk pulang. Saya memilih untuk beristirahat di rumah dibandingkan di tengah peperangan itu. Rumah adalah tempat yang paling nyaman untuk beristirahat. Karena itu, dengan stamina yang saya rasa cukup, saya bisa pulang ke rumah.
Setelah tali itu berhasil saya buat, saya mencari beberapa mayat Goblin yang berserakan di tanah.
Saya berhasil mendapatkan 3 Goblin. Itu sudah cukup. Lalu saya mengikat mereka menjadi satu, dan membawa mereka bersama dengan saya menuju ke rumah saya.
Saya menelusuri hutan yang cukup dalam. Cukup jauh jarak antara rumah saya dengan hutan ini. Setidaknya saya perlu waktu 1 jam untuk sampai ke rumah saya. Seandainya saya masih memiliki kuda itu, yang bisa saya tunggangi untuk menuju ke rumah, saya hanya memerlukan waktu 20 menit untuk sampai di rumah saya.
Setelah berjalan cukup dalam, saat mendengar suara sungai, saya memutuskan untuk ke sana dan menikmati air sejenak. Sungai ini penanda bahwa saya sudah mendekati rumah saya. Saya sebentar lagi akan pulang ke rumah dan memberikan Helena tiga Goblin ini. She pasti akan senang dengan itu. She akhirnya mendapatkan makanan yang she inginkan. Ah, saya sangat senang.
Setelah itu, saya melanjutkan perjalanan menuju rumah saya lagi.
Langit semakin terik. Matahari menyinari hutan ini tepat di atas saya. Itu terasa cukup melelahkan untuk berjalan meskipun hutan ini rindang.
Suara burung-burung dan beberapa serangga menemani langkah kaki saya. Pepohonan selalu ada di setiap saya melangkah. Rintangan yang paling berat untuk saya adalah, ketika saya harus mendaki tanah yang lebih tinggi daripada yang lain—dengan kata lain, tanjakan. Itu memerlukan waktu, jadi saya harus berhati-hati supaya bisa menetapkan ke mana saya harus berpijak. Ditambah, saya membawa tiga beban di belakang saya ini. Well, tapi itu tidak masalah. Saya masih memiliki stamina untuk melakukan itu.
"Helena..."
Saya berhasil, berhasil melihat rumah saya. Saya melihat rumah saya seakan itu adalah yang paling saya nantikan selama ini. Itu seperti kau berhasil mendapatkan transportasi di malam hari. Kau begitu senang karena itu adalah yang kau nantikan semenjak kau menunggu dan mencari itu selama 2 jam.
"Aku pulang."
Saya masuk ke dalam, melihat Helena berada di sana sedang membaca bukunya.
"Pak Darren?"
She tiba-tiba berdiri, mungkin melihat pakaian serta wajah saya yang berantakan. Setelah itu, she menghampiri saya dengan ekpresi cemas.
"Kau baik-baik saja?"
"Ah. Aku sangat baik-baik saja. Lupakan itu! Lihat, saya membawakan sesuatu untukmu."
She melihat itu tepat di belakang saya. Matanya seketika memandangi saya lagi setelah melihat itu sejenak, 2 detik.
"Apa itu? Kau dari mana saja?"
"Tentu, saya memburu para Goblin. Lihat, aku membawa Goblin-goblin ini untukmu santap nanti. Mereka akan membuatmu puas."
"Tapi kondisimu..."
"Lupakan saja itu! Aku baik-baik saja. Yang terpenting, kau bisa menikmati makanan lain selain daging sapi dan daging ayam itu. Kau sekarang bisa menikmati Goblin-goblin yang saya bawa ini."
"T-Tapi..."
She cemas dengan kondisi saya, dan saya tahu itu hanya dari raut wajahnya saja. Saya tidak boleh membuatnya cemas seperti ini. Saya harus menunjukkan bahwa kondisi saya baik-baik saja. Saya harus berbohong kepadanya.
"Hahaha. Lihat, para Goblin ini tampak enak. Kau mau aku buatkan apa? Goblin panggang? Goblin panggang? Atau, Goblin panggang?"
"Mengapa ketiga pilihan itu sama? Tidak, bukan itu yang harus dipertanyakan. Apakah kau benar-benar baik-baik saja, Pak Darren?"
"Aku baik-baik saja kok."
Setidaknya dengan menunjukkan bahwa saya baik-baik saja dengan pura-pura kuat dan tersenyum, she tidak perlu khawatir dengan kondisi saya saat ini.
"Oke, tunggu sebentar, aku akan membuatkanmu hidangan yang paling lezat. Aku akan membuatkanmu Goblin panggang. Tunggu sebentar!"
Setelah mengatakan itu, saya meraih satu Goblin dan membawa itu menuju ke dapur.
Saya berhasil melewati Helena yang masih sangat cemas dengan kondisi saya. Tapi setelah itu...
"Pak Darren...?"
Seluruh tubuh saya akhirnya ambruk karena tak dapat menahan rasa sakit ini. Saya pingsan tepat setelah melewati Helena.