Chereads / Ku lepas kau dengan bismillah / Chapter 28 - Chapter 28

Chapter 28 - Chapter 28

"keadaan begini?! apa maksud mu??"

Damar mengatur nafas, "Kinan dengar aku, kamu temanku, aku hanya ingin yang terbaik untuk kamu, aku masih menjaga kamu sampai hari ini karena aku mau kamu bisa menemukan orang yang tepat"

"a~apa? jadi~~ aku teman?!" suara Kinanti terdengar parau.

Anggukan pelan Damar cukup menjelaskan posisi dirinya dihati pria itu!

Teman?!!

Dari semua hal yang terjadi dia tetap teman?!

menjijikkan sekali!!

Kinanti mendengus, kali ini air mata itu akhirnya Lolos, ada kepedihan bertubi tubi yang tak mampu ia ungkapkan dengan kata- kata. Dia hanya berusaha menguatkan hati dan berusaha untuk bertahan.

Damar menarik tubuh sintal yang membeku lalu menenggelamkan dalam dekapannya. Terdengar isak tangis tanpa sepatah katapun. Diapun merasakan luka yang sama, tetapi ucapan Fabian ada benarnya, kinanti berhak dicintai, bukan membuang waktu dengan kehidupan seperti ini!

"maaf~~ maafkan aku" lirih sang pria.

Sepenuhnya dia menyadari sepotong hati penuh cinta itu hanya milik Miranda seorang, namun ada sesuatu yang Damar harus tahu, bahwa kehadirannya lebih dari apapun.

***

"teman~~~ teman~~ kamu dimana???" seorang anak laki-laki kecil berlarian menembus hujan. Ditaman luas itu tak ada gadis yang tak berbicara. Dia yakin setiap sore sang gadis akan menunggu di bangku taman. Gadis dengan rambut berserakan menutupi sebagian wajahnya, nyaris tak terlihat kecuali sunggingan senyum. Bahkan suara gadis itu tak pernah terdengar sama sekali.

"kamu mencari ku??" terdengar suara gadis kecil saat sang bocah lelaki nyaris putus asa.

Sang bocah lelaki terhenyak. Gadis itu bersuara, bahkan suaranya lebih indah dari nyanyian burung di pagi hari. Suaranya bagai tembang mendayu syahdu.

"kamu kemana? aku mencari mu sejak tadi" suara anak lelaki terdengar samar dibawah guyuran hujan.

Sang gadis kecil hanya tersenyum lalu melambaikan tangan seraya berkata "aku disampingmu!!"

Perlahan sang gadis dengan wajah tertutup poni tersedot ke dalam lingkaran cahaya putih,

"tunggu~~~~ tunggu aku!!!" pekik bocah lelaki lalu menangisi kepergian bocah perempuan sahabatnya. Tangan kecilnya hendak meraih ketidak berdayaan. Ia pun tersungkur dalam benak penuh tanya.

Siapa kamu?

Dari mana kamu?

Bahkan di pertemuan terakhir kamu belum juga menyebutkan namamu.

Teman...

***

"tunggu~~ tunggu aku!!" Damar membelalak, wajah pertama yang dia lihat adalah Kinanti, guratan cemas nampak diwajah gadis itu.

Siapa gadis kecil itu??

Benarkah dia Miranda??!

Huffft!!

Peluh memenuhi dahinya, bayangan gadis dimasa kecilnya kembali lagi. Damar bangkit duduk lalu beristighfar.

Kinanti menyodorkan segelas air putih. Damar melihat kesekeliling, dia tertidur di sofa.

"ada apa dengan mu? akhir-akhir ini kamu sering mengigau" tanya Kinanti keheranan.

Gadis kecil itu... arrggghhh!!!!

Damar mengatur nafas, tanpa sepatah kata pun Damar menjauh dari kinanti, dia segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri lalu bersiap untuk sholat Subuh.

Bahkan ia sama sekali tidak menatap wajah gadis bermata panda karena menangis di separuh sisa malam.

.

Sikap hangat pria yang Kinanti kenal seakan sirna, Damar lebih banyak diam menikmati sarapan paginya. Sementara Miranda selalu sibuk di pagi hari, usai sarapan ibu dari Amanda itu akan segera pergi mengendarai mobilnya sendiri.

Ting! tong!

Bel berbunyi, mbak Tari asisten rumah tangga buru-buru membuka pintu.

"cari siapa mbak?" tanya mbak Tari pada sosok Tanti yang berdiri dibalik pintu dengan setelan pakaian kerja, namun sedikit menjembul dibagian perut.

Wajah yang asing, nyaris tidak pernah tampak sebagai tamu di rumah majikannya ini.

"bu Miranda ada?"

"ada, silakan masuk" mbak Tari mengamati dari ujung kaki hingga ujung rambut lalu mempersilakan Tanti memasuki rumah mewah sahabatnya.

Ibu hamil itu berdecak kagum, dibalik kesialan tersimpan keberuntungan untuk temannya. Setidaknya hidup Miranda tidak terlunta seperti dirinya.

Netranya menyapu bersih seisi ruang tamu yang terdapat berbagai furniture mewah. Ada figura keluarga kecil Miranda disana.

"akhirnya kamu datang!" seru Miranda membuyarkan lamunan Tanti.

Miranda menemui Tanti berbarengan dengan Damar dan Kinanti.

"ya , maaf kalau aku terlambat"

"tidak--- aku juga baru selesai sarapan, ayo kita segera pergi" ajak Miranda

Mata Damar memincing, si biang keladi ada dihadapannya.

"Tanti, kamu disini?" tanya Damar heran

"ya mas, dia akan kerja sama aku, biar bisa bayar hutang!"

Tanti tersenyum kecut, dia sedikit tertunduk malu.

"benarkah? jadi Tanti akan bekerja dengan mu?"

"ya~~ hitung-hitung buat bayar hutang"

Sekilas Damar mengamati sosok ibu hamil berdiri mematung, dia pikir Tanti mungkin telah menikah dengan pacarnya yang tidak tahu malu itu, sampai menghasilkan benih diperut gadis yang telah merubah jalan cerita rumah tangganya bersama Miranda.

" baiklah,mau aku antar?"

"ngga usah mas , aku nyetir sendiri aja"

"oke hati -hati dijalan" Damar mengecup dahi istrinya.

Sekilas Tanti melirik kearah Kinanti, gadis yang cantik penuh pesona! dalam hati yang ia sesali kenapa temannya malah lebih memilih pergi sendiri dan membiarkan suami bersama istri muda.

Akh! dia tidak bisa terlalu banyak komentar atau akan ada banyak dosa masa lalu yang akan diangkat kepermukaan. Dengan langkah cepat Tanti mengekori temannya yang sudah lebih dulu keluar rumah.

Sepeninggalan istri pertama, Damar menoleh pada istri kedua. Wajah lelah yang bertopeng senyum palsu, ia lalu mengajak sang gadis untuk pergi bersama.

***

Sepanjang jalan menuju kantor, tidak ada percakapan berarti antara Damar dan Kinanti. Meskipun ingin mencari topik tetapi sang gadis lebih memilih menenggelamkan pikirannya pada hiruk pikuk jalan di pagi hari.

.

Kinanti baru saja tiba di kantor, seorang pria paruh baya sudah menunggu dengan tenang di dalam ruangannya. Pupil matanya melebar ketika pintu terbuka.

"ayah~~" seru kinanti segera menghambur dalam pelukan sang ayah.

"apa kabar mu nak?"

"baik, ayah gimana?"

"ayah lebih baik lagi" sahut tuan Hendra mengelus kepala putri kecilnya dulu,

Ah! melihat rona bahagia diwajah putrinya kini, dia tidak akan percaya pernah mengalami masa yang sulit dimasa keemasan gadis itu.

"kenapa mencari ku disini ayah?kan ayah bisa mampir kerumah" tanya kinanti bersungut pada pria cinta pertamanya.

"kebetulan ayah lewat sini, ayah pikir kita sudah lama tidak bertemu jadi tidak ada salahnya kalau ayah memberi mu kejutan"

"uhmm... baiklah,, tapi... apa ayah sudah sarapan?"

Tuan Hendra menjawab dengan satu senyuman, putrinya pasti tahu persis bahwa dia jarang menyentuh sarapan di pagi hari.

"ada apa? kenapa kamu tampak pucat pagi ini?" tuan Hendra menyadari sesuatu yang tidak lazim dari putrinya.

deg!

Hati seorang ayah tidak akan pernah bisa dibohongi dia sangat mengenal putri kecilnya dulu.

"Kinan, maaf ayah hanya ingin tahu, apa kalian bertengkar?" selidik tuan Hendra

"uhmm... kami tidak bertengkar ayah, tapi... aku punya alasan lain yang ayah mungkin sangat paham"

Binar yang memancarkan keresahan itu sedikit meredup, "jangan terlalu mengkhawatirkan aku ayah, aku sangat baik-baik saja"