Chereads / Ku lepas kau dengan bismillah / Chapter 29 - chapter 29

Chapter 29 - chapter 29

Tuan Hendra mengerjabkan mata, lelaki yang berusia lebih dari setengah abad itu sadar menyelidik lebih dalam pun dia akan tetap memperoleh jawaban yang sama 'aku baik- baik saja!'

"Kinan kakekmu ingin bertemu kamu dan Damar" ujarnya mengutarakan maksud dan tujuan kedatangan dirinya ke kantor Kinanti di pagi hari

"benarkah?" Kinanti terperangah, dia masih ingat betapa murkanya lelaki berjanggut dan dipenuhi uban di kepalanya itu menentang pernikahan dia dan Damar, bahkan enggan mengakui sebagai cucu karena dianggap mencoreng nama baik keluarga.

Tuan Hendra mengangkat satu alisnya "ya.. kakek akan mengadakan pertemuan keluarga, hanya sebuah acara kecil, beliau minta kamu dan Damar bisa hadir"

Kinanti tertunduk, perasaannya campur aduk. antara ingin bahagia atau sedih. Dia bahagia mungkin kakek sudah bisa memaafkan kesalahannya, dan dia sedih ketika mengingat pria tua itu lebih sering sakit sejak ia menikahi Damar.

"datanglah malam ini, kamu bisa ajak Miranda dan anaknya" suara tuan Hendra terdengar lembut, raut wajah menua namun tetap menyisakan ketampanan pada masa dulu. "yakinlah semua akan baik-baik saja, hanya keluarga yang hadir" ucap tuan Hendra seakan tahu kegusaran hati putri nya tentang undangan sang kakek.

Kinanti menjawab dengan anggukan, "ya ayah, aku akan beritahu mas Damar"

"baiklah, ayah akan kembali kekantor, jaga dirimu" pamit tuan Hendra., Kinanti beranjak dari duduknya hendak mengantar sang ayah namun hal itu di cegah oleh tuan Hendra hingga pria bertubuh tegap meskipun sudah termakan usia hilang dibalik pintu.

***

Sepeninggalan sang ayah, Kinanti segera menyeret langkah menuju ruang kerja suaminya.

Kinanti mengetuk pintu lalu masuk ke ruangan Damar, tampak pria berbalut kemeja tanpa coat di bagian luar sibuk berkutat dengan laptop dihadapannya.

"apa aku menganggu?" tanyanya dari balik daun pintu yang separuh terbuka.

Damar mengerenyitkan dahi, belum sempat ia mengatakan apapun kini sang istri sudah berada di sofa.

"tentu saja tidak?" sahutnya canggung. "apa kamu butuh sesuatu?"

"tidak,, aku hanya ingin bilang kalau tadi ayahku kesini?"

Ucapan kinanti cukup membuat Damar menghentikan kegiatannya yang berpura tidak peduli pada kehadiran sang gadis dengan polesan lipstik berwarna nude "benarkah? kenapa tidak memberitahu ku?"

"ayah mampir sebentar kok,, cuma mau mengabari kalau....." Kinanti menggantung ucapannya, dia ragu apakah harus memberitahu suaminya perkara undangan sang kakek, karena bukannya suudzon hanya saja kakeknya tipe orang yang keras hati dan sulit mengalah, apa mungkin saat ini benar-benar ingin memperbaiki kesalahan yang terjadi?

"kalau????" Damar menanti kelanjutan ucapan kinanti barusan.

Kinanti berdelik, dia harus katakan walaupun enggan rasanya "hmmm... kalau.. kakek mengundang kita untuk pertemuan keluarga malam ini"

Undangan pertemuan keluarga? bukan kah sang kakek adalah salah satu penentang pernikahan mereka?

"kamu bisa datang kan? kita bisa ajak mba Mir dan Amanda" ujar kinanti menyatakan bahwa undangan tidak hanya tertuju Untuk mereka berdua saja.

"tentu saja bisa, apa aku bisa menolak semua permintaan mu?! bukan kah aku tidak punya pilihan selain menurut!" tanya Damar sarkas, ekspresinya datar dan dingin, satu kesempatan akan dimanfaatkan sebaik mungkin.

Kinanti tersentak, ucapan Damar bernada sinis, dalam ucapan itu seolah mengandung makna bahwa seorang hamba sahaya tidak punya hak menolak apapun kemauan sang majikan!

"jika kamu keberatan aku bisa bilang sama ayah kalau kita tidak bisa hadir" Kinanti coba meluruskan suatu kekeliruan.

"tidak perlu melakukan apapun" cegah Damar cepat "aku dalam kendali mu, jadi kamu tidak perlu merasa canggung begitu"

"a--apa maksud mu?"

Damar menyunggingkan senyum sinis, sebisanya dia ingin menunjukkan usahanya agar Kinanti berfikir bahwa ia telah salah memilih suami!

"bukankah kamu memang membayar ku untuk melakukan semua keinginan mu?"

Mulut Kinanti menganga, dia tidak menyangka Damar akan mengucapkan hal yang sama sekali tidak ingin dia dengar. Bahkan darinya tidak pernah bermaksud untuk menjadi kan Damar seperti wayang!!

Kinanti beranjak dari duduknya, dia merasakan hawa panas diruangan itu. Pagi ini ia sama sekali belum punya energi untuk berdebat. Lagipula dia tidak akan terpancing emosi sama sekali.

Ia menatap tajam kearah Damar yang masih menunggu dirinya mengatakan sesuatu, atau mungkin ia akan memulai sebuah perdebatan sengit. Sang gadis dengan rambut curly sebahu bewarna kecoklatan menghela nafas sejenak.

Tapi Damar salah menduga.

Kinanti tetap tenang , sampai sebuah ketukan pintu dari Sultan seakan menjadi air yang memadamkan api yang baru tersulut.

arggghh sial!! gerutu Damar dalam hati.

"masuklah" titah Damar kepada sang asisten.

Sultan tersentak ketika ia melihat bahwa Kinanti berada di ruangan bossnya.

"bu Kinan, selamat pagi" sapa Sultan sedikit membungkukkan badan.

"pagi,," sahut Kinanti melengkung kan senyum diatas bibir bergincu dengan warna nude lalu berhias lesung pipi, sungguh indah ciptaan Tuhan! "Sultan sebentar!" cegah Kinanti pada asisten yang bersiap menyerahkan beberapa berkas.

Sultan sang asisten sa bu, ada yang bisa saya bantu?"

"tentu,, tolong batalkan semua schedule pak Damar, dan handle beberapa meeting siang ini " titahnya tegas.

Sultan melirik pada CEO yang tampak tertegun lalu kembali mengalihkan pandangan pada sang pemilik perusahaan

"baik bu, siap,, apa ada lagi bu?"

"hmmm~~ tidak ada, itu saja, saya cuma ngga mau pak Damar sibuk sampai nanti siang, karena kami akan pergi setelah makan siang"

Damar hanya diam mendengarkan kata-kata istri nya yang sama sekali tidak terpengaruh dengan ucapannya.

"mas Damar, tolong sampaikan sama mba Mir, kalau kita akan pergi malam ini" pungkasnya kemudian berlalu, disambut lirikan aneh dari sultan yang menangkap aura negatif di ruangan CEO pagi ini.

Damar memijat dahinya yang sama sekali tidak pusing.

"pak,, apa anda perlu sesuatu?" Sultan tampak sigap menawarkan bantuan pada boss yang kini terlihat seperti kepiting rebus.

"tidak -- aku hanya perlu revisi beberapa kontrak perjanjian ini" Damar menyodorkan berkas yang baru saja diserahkan oleh Sultan.

Sang asisten hanya membatu, dia jadi penasaran entah apa yang terjadi antara atasan dan istrinya itu, sampai -sampai bossnya kehilangan konsentrasi.

"kenapa? apa kamu tidak dengar?!"

"maaf pak, cuma-- saya baru memberikan berkas ini, bapak belum membacanya, apa perlu saya perbaiki??"

Damar membuang kasar nafasnya, mengamati kontrak perjanjian yang dengan susah payah ia tela'ah dalam pikiran sedikit ruwet.

Sementara Sultan awas memandangi wajah sang atasan yang makin merah padam. Tampak Damar mengusap wajahnya. Sultan menatap kagum pada dua cincin di jari manis sebelah kanan satu dan lainnya di jari manis sebelah kiri.

Aihhh! tak terkira jika dia di posisi seperti bossnya saat ini, punya dua istri! cantik dan kaya pula,, tidak perlu menunggu mati untuk masuk surga!! hahahahaha... begitulah pikiran Sultan berkelana jauh.

"apa yang kamu tertawa kan!!!" Damar menghentakkan tangan diatas meja membuat jantung sultan nyaris lolos.

"ma... maaf pak saya~~"

"sudahlah, jangan berikan kontrak ini sebelum sesuai seperti yang saya inginkan!"

"maaf pak tapi bapak belum baca isi kontraknya"

Kali ini Damar memincingkan mata, ingin rasanya ia lumatkan makhluk bernama Sultan yang berdiri dihadapannya.

Sultan menelan salivanya, ia tidak punya kata lain kecuali mengatakan 'siap pak' atau 'baik pak' ! lalu mundur teratur dan akan kembali lagi sebelum jam makan siang dengan kontrak perjanjian yang sama sekali ia tidak tahu bagian mana harus direvisi.

Sepeninggalan sang asisten, Damar menyandarkan punggungnya pada kursi lalu berputar -putar seperti kehilangan akal.

Astaga Kinanti!! kamu nyaris membuat aku gila!!!--- pekik Damar dalam hati.

Dia harus kembali normal sebelum jam makan siang! atau semua yang ia rencanakan agar Kinanti belajar membencinya akan sia-sia!!