Beberapa kali dia menghubungi melalui handphone, hasilnya sama saja. Nada alih menyambutnya tadi, nada alih menyambutnya sekarang, bukan ini yang dia mau.
Mae Mae mondar-mandir di lorong inap sambil mengusap dagu. Beberapa kali dia menjadi objek lirikan suster yang melintas. Dia menunggu dan menunggu. Setengah jam berlalu, tapi belum ada kabar dari Ji He.
Menyesal. Satu kalimat tidak terucap olehnya. Dia. Seharusnya berada di sana mengawasi Ji He.
Tidak, tidak bisa. Jika dia tidak mundur tadi, Ji He bakal membencinya dan semua akan runyam. Dia ingin memenangkan hati gadis itu, memilikinya secara utuh, bukan hanya fisik. Mae Mae harus cerdas kali ini. Dia tidak bisa berbuat kesalahan.
"Paman, Kakak mana?" bocah itu menutupi sedikit bangku panjang dengan tubuhnya. Wajah imutnya memanjang. kenapa belum datang? Aku mengantuk."