Beberapa jam yang lalu di ruang kerja Chin Mae.
Chin Mae duduk di kursi kerja dengan memakai tanktop. Tangannya berada di meja kerja, melipat kertas, memamerkan otot kepada Do Do di sampingnya.
Ini jadwal Do Do untuk mengunjungi Mae Mae. Sebagai dokter terpercaya si manis, dia dibuat report untuk menyisihkan waktu memeriksa keadaannya, seperti sekarang.
"Bagaimana ototku, besar kan?" Bangga dia tersenyum.
"Biasa saja." Do Do cuek, mengikat kain klpada lengan atas pemuda itu dengan erat. Lengan yang besar, keras, dan membuat dadanya sedikit berat untuk bernapas. Dia membayangkan, dipeluk oleh lengan Mae Mae. "Lemaskan, jangan tegang seperti itu."
"Do Di, sepertinya dugaanmu benar."
Do Do memilih diam, fokus kepada pekerjaannya meremas alat pengukur tensi.
Mae Mae lanjut bicara. "Dia mirip ibu. Itu saja membuatku menyukainya." Suara Mae Mae mengecil dan sepasang mata sipit itu mengamati Do Do. "Kamu tahu, lelaki boleh punya dua istri."