Gu Chin Mae membiarkan sepatu kulit hitamnya terkena comberan ketika menyusuri jalan setapak. Kedua telapak tangannya bersembunyi di dalam saku celana, seperti enggan menodai kulit putihnya dengan udara kotor.
Mata sipitnya tidak berkedip menerkam sosok yang dua pengawal giring menghadapnya. Sosok lelaki kekar berjaket kulit bergidik ngeri dan bermuka bonyok. Terima kasih pada dua pengawalnya.
"Tuan, Tuan, Maafkan saya." Begitu terengah dan bergetar suara pria itu.
Namun, Gu Chin Mae tidak menjawab. Matanya bergerak ke gudang, lalu mengangguk kecil. Dua pengawal bergegas ke sana.
"Kenapa kau menjaga di sini? Aku tidak pernah meminta penjaga menjaga di sini. Ayo, jawablah." tanya Gu Chin Mae. Dia menunggu jawaban yang tidak pernah tiba.
Pengawal menghantam perut orang itu, menghantam wajah, juga menjambaknya yang tertunduk, hingga dia mengerang kesakitan dan darah membasahi kaos abu-abunya. Service pengawal membuatnya menjawab.