"Aku akan segera pulang, kamu tunggulah." Suara Gu Hyung Jae di telepon benar - benar cemas.
"Hati - hati di jalan," shaut Yeona, menyudahi teletoon. Dia duduk tidak tenang setelah mendengar kabar Mae Mae tertembak. Dia maju dari duduknya, menepuk pundak supir. "Pak, lekas, ceoat, langgar saja lampu merahnya. Anakki, aku harus bertemu anakku!"
"Ibu, sudah lah, toh Mae Mae tidak kenapa - napa," sahut Gu Yeena, bersedekap kesal sambil memandang layar handphone, berbalas pesan dengan seseorang.
Nara membantu Yeona untuk duduk kembali. "Sudahlah, sabar, sabar, lagi pula Mae Mae selamat dan pelurunya tertahan oleh rompi anti peluru."
Di umurnya yang sudah lebih dari empat puluh tahun, Yeona masih seperti wanita di umur tiga puluhan. Semua berkat kemampuannya merawat diri.
Dia merebut handphone Yeena, anak pertamanya dengan Gu Hyung Jae. "Kau jangan bermain handphone terus! Kakakmu sedang terkena musibah!"