Jaja gadis yang akan melakukan apapun demi ambisi, tapi dia juga manusia penyayang keluarga. Jika disuruh memilih antara ibu atau karir, dia pasti memilih ibu. Namun, sekarang berbeda.
Deburan santai angin menemaninya semenjak sore hingga langit menjadi gelap kemerahan. Dia berdiri di taman dengan kedua tangan bertumpang di atas pagar besi pembatas nan dingin. Ratapannya basah kepada jembatan Seoul di ufuk barat.
Dia tidak peduli pada beberapa orang berlalu lalang di belakangnya, hingga salah satu dari mereka menghampirinya.
Pemuda itu menyodorkan gelas plastik yang mengeluarkan asap putih tipis beraromakan kopi hitam pekat. "Minumlah, udara di sini semakin dingin."
Lalu, di sisi lain, seorang gadis menyelimuti Jaja dengan jaket tebal. "Jangan seperti ini, nanti kau sendiri yang repot."
Bingung, Jaja memandang mereka bergantian. Dia kenal mereka, tapi …"Chin Hwa? Ayeong? Kaliannartis, kan? Ada apa? Kenapa menghampiriku dan semua ini untuk apa?"