Membawa dokumen pemberian Kakek, Yeona melangkah kecil mengikuti pelayan menuju ruangan pribadi.
Sebenarnya apa isi pikiran Kakek hingga melakukan semua ini? Tentu Yeona bisa menulis namanya sebagai pewaris tunggal, tapi dia bukan tipe wanita serakah. Ya, dia mata duitan, tetapi merampas hak orang lain … apa lagi ketika orang lain itu tidak berbuat kesalahan kepadanya, adalah hal tabu.
Pelayan mempersilahkan Yeona masuk. "Mari, Tuan menunggu Anda di dalam."
Langkah Yeona terhenti di lantai kayu mahoney. Aroma cedar membuat hidungnya nyaman. Suara perapian cukup menentramkan hati.
Di tengah ruang, Kakek duduk di sofa tunggal menghadap jendela raksasa. Pemandangan taman putih pepohonan gundul begitu mengesankan.
Tanpa menoleh ke belakang, Kakek berucap, "Bagaimana, Nak. Apa kamu sudah selesai menulis keinginan di sana?"
"Tidak, Kek. Aku tidak ingin menulis apapun di sini." Menaruh dokumen ke meja di sebelah Kakek, Yeona lalu membungkuk memberi hormat. "Saya permisi."