Sementara itu, di mobil Chin Hwa, situasi berangsur mencekam. Tiada suara lain kecuali suara klakson mobil di luar.
Yeona membaca pesan di handphone Chin Hwa. "Kau mengirim pesan kepada siapa?"
"Teman. Ya, teman." Gugup Chin Hwa meminta handphonenya kembali. "Sini, kembalikan."
"Aku belum selesai memakai." Yeona menghubungi salah satu kru Moonlight Entertainment, supaya membawakan sepeda motor sport ke tempatnya berada saat ini.
Ketika menelepon, Yeona mengamati gelagat Chun Hwa. Dia kenal dari kecil lelaki di sampingnya itu, sekarang dia tidak tenang. Dalam satu menit saja Chin Hwa mengintip ke arahnya sebanyak tiga kali.
"Ada apa, Chin Hwa? Kau kebelet pipis?"
"Nah, iya, yaa, aku kebelet pipis." Akunya, sambil membuang muka ke arah lain. "Jadi … ya begitulah."
Tidak meyakinkan sama sekali jawaban Chin Hwa. Tentu Yeona sadar bukan itu alasannya, tetapi dia enggan berdebat, terutama ketika sedang menelepon.
