"Bagaimana aku bisa membantumu?" Tiada niatan Chin Hwa untuk berdiri. Dia memperhatikan mata Kakaknya yang menyipit, serta bibirnya yang perlahan melonggar ke samping kiri dan kanan.
"Nahkoda, bawa kami kembali ke dermaga," perintah Lu Baek Yeon sambil mengambil segelas wine, fokus pada adiknya. "Kau cukup memberi nama Pecalang di Bali dan penjaga di Pura Arjuna kepadaku."
"Untuk apa? Kau mau bicara dengan mereka? Aku tidak mau terlibat. Bahaya kalau Yeona sampai tahu aku turut campur."
Gelas bertangkai di tangan Lu Baek bergerak pelan mengocok wine di dalam gelas. "Tenang saja. Aku tidak akan membawa namamu, atau membahayakan mereka."
Mata sipit itu kembali menusuk Chin Hwa. Mata penuh ambisi dan mengerikan, membuat kerongkongannya mendadak kering.
Rasa kecut dan manis wine mengguyur kerongkongan Chin Hwa. Dia tahu Kakaknya jika sudah memakai mata sipit seperti tadi, bakal terus berusaha mendapat apa yang dia inginkan.