mulut Hyung Hae kering. Dia mundur selangkah demi selangkah ketika Yeona berkerik maju mendesaknya. Baru kali ini Hyung Jae berhadapan dengan Yeona garang.
"Hayo, mau bicara apa!"
"Tidak perlu membentak," kekub Hyung Jae, hendak lanjut bicara tapi telunjuk Yeona mendorongnya mundur.
"Kau dulu yang mulai, berteriak di hadapanku. Kau merasa hebat?"
"Mari kita bicara dengan kepala dingin–"
"Kepala dingin apanya, kau membentakku di depan banyak orang." Hyung Jae emngamati sekitar, tiada mata selain mata mereka berdua. "Baik, mereka pergi. Aman. Bentaklah aku sesuai keinginanmu."
"Sebenarnya apa masalahmu, hah?"
"Itu juga yang ingin kutanyakan. Apa masalahmu? Kenapa kamu cuek kepadaku? Apa salahku?"
Yeona bersedekap, menggeleng pelan sambil berdecak. Lalu berkata dengan nada kagum. "Hoo, Gu Hyung Jae, oh Gu Hyung Jae. Kau selalu benar, hingga salah pun kau anggap benar."