Ayeong buru - buru keluar hotel sambil memakai kaca mata hitam. Dia masuk ke mobil sedan, membanting pintu kasar.
Memejam, Ayeong mengatur napas terengah. Banyak dia mengambil tisu basah, mengusap kulit tangan, leher, wajah. Dia jijik pada sisa noda pergumulan dengan tua bangka.
Gusar dia melempar tisu ke luar. Terbentuk gundukan tisu kotor di sebelah mobilnya. "Sialan, sialan, kenapa aroma busuk tidak hilang? Keparat Kau tua bangka." Kasar dia meninju dashboard mobil lalu menangis menutup wajah.
Andai bukan karena sponsor, dia malas melayani nafsu bejat Tuan Besar So. Lebih baik dia menjadi pelacur sekalian. Tetapi semua telah terjadi, dia tidak bisa mundur.
Ayeong terkenang masa lalu.
Ibu dan ayah Ayeong terobsesi pada anak gadisnya supaya menjadi artis. Dia didorong dan dibentuk untuk memenuhi impian kedua orang tua. Semenjak kecil dia diarahkan menjadi artis.
