Sementara itu di Busan, Jandi berada di pemakaman. Dia memegang gagang payung hitam yang meneduhkannya dari gempuran cahaya matahari.
Melawan arus pria dan wanita berpakaian serba hitam dia melangkah menghampiri Ji Won yang bertahan di dekat batu nisan. Dia memayungi lelaki yang berjongkok mengelus batu itu.
"Dia hidup sendiri, mati pun sendiri. Tidak ada orang yang peduli."
"Bukannya mereka semua keluarga mendiang?" Jandi mengamati rombongan yang pergi menuju lahan parkir pemakaman.
"Mereka para polisi dan petugas rumah sakit. Menyedihkan."
"Sudahlah, lagipula dia memang pantas mati sendiri."
"Tidak ada manusia yang berhak mati sendiri." Ji Won bangkit menepuk telapak tangan. "Wanita itu benar - benar monster."
Cuitan burung menemani langkah mereka di jalan berpaving tengah makam. Kiri dan kanan banyak batu nisan berjejer rapi yang mereka lihat saja. Gambaran rumah masa depan mereka.
"Bagaimana jalannya kasus?" Selidik Jandi. "Ada perkembangan?"