Chereads / Cinta Dua Sejoli / Chapter 5 - Gadis Stalker

Chapter 5 - Gadis Stalker

"Ah, nggak papa kak," jawab Gummy malu.

"Santai aja," sambung Gummy mencoba tersenyum hambar, ia bahkan tak bisa berlaga manis seperti kebanyakan cewek yang mempunyai kesempatan ngobrol dengan Abiyan.

Abiyan hanya menaikkan alisnya, lalu menatap lurus ke koridor sekolah. Cowok itu pergi begitu saja dari hadapan Gummy yang menyalahkan dirinya habis-habisan, mengapa ia tidak memanfaatkan situasi tadi, agar ia bisa akrab dengan Abiyan. Si manusia populer.

"Bodoh. Aku memang Bodoh, kenapa aku tidak tanyakan berapa umurnya? atau apa makanan kesukaannya? berapa nomor teleponnya dan berapa bersaudara dia?"

Terselip puluhan tanya di dalam lubuk hati Gummy, namun ketika bertemu Abiyan, hanya ada kegugupan yang terlintas. Saat cowok itu sudah membelakanginya, terbitlah penyesalan yang berarti.

"Aa. . . ." Gummy tampak ingin berkata, jika ia mampu meneriakkan nama Abiyan yang kini berjalan lurus ke depan. Hari ini, mungkin hari keberuntungan bagi Gummy, dengan lantang gadis itu memanggil Abiyan yang sempat kaget,  lalu reflek menoleh ke belakang, lalu ia memandang ke arah Gummy yang panik.

Gummy dengan kekepoannya, memberanikan diri untuk bertanya, karena melihat pantat Abiyan ada seberkas darah lagi, bahkan saat Abiyan berbalik menghampirinya, cewek itu tak mengalihkan pandang dari pantat Abiyan. Gummy membuntuti pantat Abiyan kemanapun cowok itu bergerak.

"Apaan sih lo?"

"Ngeliatin pantat gue lo. Dasar cewek aneh!" celetuk Abiyan yang harus berputar-putar untuk menghindari Gummy yang mengelilingi pantatnya.

"Kak." Gummy mendongakkan wajahnya menatap Abiyan yang mengeryitkan dahi.

"Di pantat kaka ada a-n a- anu." Gummy gugup harus berkata apa.

"Kalau lo mau ngomong. Ngomong yang benar jangan cuman anu anu anu."

Abiyan mulai gerah akan sikap Gummy.

"Di pantat kaka ada darah." Gummy mendengus setelah berhasil mengungkapkannya pada Abiyan.

"Hah?" Abiyan setengah syock mendengarnya,  tapi ia langsung sadar,  dan kembali menormalkan suhu tubuhnya yang tadi sempat diatas rata-rata.

"Gue. . ." belum sempat menyelesaikan bicaranya Gummy sudah nyerocos ngomong duluan.

"Kakak ambeian? atau jangan-jangan kakak MENSTRUASI?" Gummy menaikkan intonasi suaranya, karena ia juga ikut terkejut menyadari penglihatannya barusan.

Abiyan menatap Gummy dengan tajam, seketika tangannya membukam mulut Gummy yang tidak tahu malu berbicara omong kosong yang bisa menimbulkan fitnah, dan tentunya merugikan Abiyan. Cowok itu menyeret Gummy dan memojokkannya ke dinding sekolah.

"Bppp-bpppp." Ingin rasanya Gummy menggigit tangan yang menutup mulutnya, jika bukan Abiyan yang melakukannya.

"Maksud lo apaan?" Abiyan dengan kasar melepaskan tangannya dari mulut Gummy.

Gummy segera menghirup napas dalam-dalam.

"MENSTRUASI ITU CUMAN DIALAMIN SAMA CEWEK, BUKAN SAMA COWOK. LO NGGAK BELAJAR APA?" tukas Abiyan dengan suara pelan, takut yang lain mendengarnya, tapi unsur ketegasan sangat menonjol disana.

Gummy terdiam, ia menelan saliva dengan berat. Entahlah ia bisa berbicara seperti itu pada Abiyan yang ia tahu darahnya terlihat seperti darah ketika wanita menstruasi, dimana pada masa awal akan ada warna coklat yang bercampur merah muda.

"Maaf kak, habisnya mirip sih sama darah..,"

"STOPP" Abiyan semakin menyorotkan kelopak matanya pada Gummy yang terpojok gemetaran di dinding.

Dalam ketakutannya, Gummy memicingkan mata ke arah kantong celana olahraga Abi. Sesuatu yang dikemas rapi sangat mencolok di matanya, terlihat menyembul. Gummy menutup mulutnya dengan tangan, ia ingin berkata, tapi takut pada Abiyan yang mungkin tak segan membantai dirinya saat ini juga, karena tidak tahan juga, akhirnya Gummy menegur bungkusan itu di balik kantong Abiyan.

"Kak itu apa?" tunjuk Gummy ketakutan.

Abiyan melirik ke bawah celananya. Gerakannya yang terlalu lincah, membuat tubuhnya bergoyang, membuat sesuatu yang kenyal dan berbentuk persegi kecil itu jatuh ke lantai.

Gummy syock, bukan main. Ia kehabisan kata-kata. Napasnya bahkan naik turun, tak terkecuali dengan Abiyan, matanya membulat, lalu menatap sekilas pada Gummy.

"Pembalut?"

Abiyan cukup tenang, malahan ia dengan santai menanggapi Gummy yang mau pingsan, saking terkejutnya telah ditemukan pembalut di dalam saku celana Abiyan. Abiyan membungkukkan badan ke lantai untuk mengambil benda yang diketahui bernama pembalut itu.

Eksperesinya tenang, bahkan terlalu slow. Abiyan berbalik, ketika mendengar gumaman kesal dari cewek yang diketahui baru keluar dari toilet wanita di dekat mereka berdua.

"Gue risih ah." cewek itu mengibas-ngibaskan belakang roknya. Abiyan memperhatikan gadis itu, ia seolah tahu apa yang terjadi dengannya barusan, lalu Abi menghampirinya.

"Lo butuh ini?" Abiyan menatap cewek yang menunduk itu. Seketika cewek itu mendongak. Ada pancaran kebahagian yang menyelimuti dirinya.

"Kak Abiyan." Wajah merona cewek itu keluar. Hari yang tampak suram berubah drastis, jadi hari yang paling indah dan enggan untuk dilupakan.

Abiyan memasang wajah ramah. Ribuan senyum dikeluarkannya hanya untuk seorang cewek yang ada di hadapannya. Cewek itu mengangguk senang.

"Kok kakak tahu."

"Kakak romantis banget."

Seruan dari gadis itu, berhasil membuat Gummy iri, dan juga kepo terhadap kejadian yang mereka bertiga alami, membuat Gummy membuka jalan pikiran untuk menjadikan Abiyan Lutfi Wijaya sebagai sasaran stalkernya yang baru. Selanjutnya, Gummy pun mengetikkan tulisan di memonya untuk ia simpan.

Dengan riang, gadis itu mengambil pembalut pemberian kak Abiyan yang gantengnya setengah mati.Ia terus-terusan memandang Abiyan, bahkan Gummy bingung, kenapa ia tidak seperti kebanyakan cewek lain yang mampu menatap orang yang dicintainya sampai berjam-jam, bahkan untuk satu detik rasanya Gummy tak sanggup. Tuntutan jantung yang berdegup kencang dan pita suara yang menghilang tidak tahu rimbanya, membuat Gummy lemah.

"Hmm. Lo masuk gih, ini kan jam belajar," saran Abiyan sambil menepuk pundak cewek itu dan dibalasnya dengan menggegam erat tangan Abiyan yang sedikit kurang nyaman, akan sikap manja yang keluar dari fansnya tersebut.

"Iya deh kak, gue masuk dulu yak," jawab gadis itu, lalu ia berlalu menuju ke kelasnya, seraya melangkah bagai kartun Dora yang berhasil menemukan peta. Setelah kepergiannya, Abiyan melirik ke arah Gummy yang masih berdiri dibelakangnya.

"Awas aja, kalau lo sampai ngefitnah gue yang nggak-nggak!"

"Maaf kak, gue nggak tahu kalau pembalut itu mau dikasihin sama dia." Gummy menggerucutkan bibirnya.

Abiyan pergi memunggungi Gummy yang berjalan, berlawanan arah ke kelas masing-masing. Gummy sempat menggumam, saat jarak mereka belum terlalu jauh.

"Gue kira kak Abiyan makai pembalut, hehehe."

Abiyan segera berbalik menghampiri Gummy lagi. Dari belakang, lalu ia mencengkram kerah seragamnya. Gummy menoleh, karena mendapati tarikan tangan dari Abi.

"Ampun kak ampun."

"Bicara apa lu tadi?"

Gummy belum berbalik sepenuhnya karena takut.

"Nggak bilang apa-apa kok. " Gummy menggeleng bohong.

Abiyan makin erat mencengkram tangannya.

"Bohong!"

"Maaf kak, maaf" Gummy berusaha melepaskan cengkraman dari Abiyan.

"Rese lo, " tukas Abiyan menggepalkan tangannya di udara.

Gummy berusaha melindungi dirinya dengan cara terbaik, ketika menghadapi orang marah yaitu dengan cara kabur. Gummy berlari laju meninggalkan Abiyan yang masih setia berdiri, sampai punggung Gummy menghilang dari pandangannya.

Gummy teringat kejadian di koridor sekolah tadi bersama Abiyan, sesekali gadis itu tersenyum mengingatnya, lalu tanpa sengaja ia berada di ujung tempat tidur, dan tak sengaja bergerak sedikit ke samping, akibatnya Gummy jatuh dari ranjang bersama ponselnya yang menyala, menandakan sebuah pesan chat masuk. Gadis itu meringis sambil mengambil ponsel yang terikut jatuh ke lantai. Ia menampaki ponselnya, mata Gummy membulat besar. Rasanya mau copot dari tempatnya, ada 4 chat masuk dari nomor tak dikenal. Gummy menyipitkan kelopak matanya, ia kaget bukan main, saat melihat foto profil yang diisi dengan foto Abiyan.

"Jadi yang mengirim pesan dengannya adalah Abiyan?"

Bunyi pesan itu adalah : "Gadis stalker, lo pasti belum tidur, besok gue tunggu lo di bioskop, dekat lapangan tenis.Tepat jam 08.00 pagi."

Gummy mencerna pesan masuk dari Abiyan. Cowok yang rasanya sudah membuat kalbunya membara, ingin tahu lebih jauh memasuki kehidupan Abiyan yang penuh misteri dan berjuta rahasia. Ia menengadahkan wajahnya, lalu memusatkan pikiran ke cowok itu. Apa yang ada di otaknya sekarang?

"Apakah dia barusan memakan makanan yang aneh atau dia mau," batin Gummy terjeda. Jangan-jangan ia mau merencakan hal buruk.

Gummy menghela napas panjang, lalu ia mengedarkan pandangan ke samping. Ada seragam sekolah kotor yang enggan ia cuci, karena Abiyan telah menjatuhkan keringatnya di seragam Gummy. Cewek itu hanya tersenyum menyadari kebodohannya. Tentang rasa yang sempat berbicara, kalau seragamnya tidak akan dicuci sampai kapan pun, malahan mau ia jadikan benda antik yang akan segera dimuseumkan di kamarnya.

Sedetik berlalu, baru ada jawaban dari Gummy. Gadis itu membalas pesan masuk dari Abiyan dengan sticker boneka oke. Gummy tak habis pikir akan jawabannya barusan, yang sangat menyengat hati Gummy. Gadis itu menggigit bibir bawahnya. Ia menyumpah, untuk kesekian kalinya dengan mudahnya menyerahkan diri pada cowok gila sepertinya.

Ada banyak cahaya cinta yang bertebaran di dunia ini. Salah satunya kamu yang sudah berhasil menerobosnya dan menjadikannya sebuah kepingan sinar yang indah, lalu meluruhkannya di hadapanku. Disini, diwaktu remaja, kisah cinta adalah adalah kisah paling konyol yang patut diceritakan, bukan untuk dikenang, karena jika kau mengenangnya, kau akan sakit.

Gummy, cewek yang mempunyai seribu satu alasan untuk menstalker siapapun di dunia ini, kalau kepo banget, ia tidak segan mengorbankan seluruh hidupnya, hanya demi satu rahasia yang harus diperolehnya, akibat tuntutan hobi yang tidak masuk akal dan kadang merusak privasi orang lain.

Menurutnya, hidup cuman sekali. Jadi untuk apa tidak bahagia? Andaikan jatuh cinta, lebih baik diungkapkan sekarang, daripada harus menunggu yang tidak pasti, bahkan mungkin tak ada jawabnya. Semakin lama akan menjadi penyesalan yang tak berujung.

Gummy meluruskan otaknya. Adakalanya setiap orang harus memiliki prinsip seperti itu, tapi Gummy tak cukup berani untuk bilang cinta sekalipun.

Melipat tangannya didada, Gummy memijit pelipisnya mendenyutkan bunyi nyit. Pusing melanda ia yang menoleh kesana-kemari, namun hasilnya selalu nihil. Tidak terlihat sedikitpun, batang hidung Abiyan. Otaknya pun mulai teracuni dan mengganggap Abiyan hanya mempermainkannya. Haruskah sebodoh ini untuk mengiyakan perintahnya kemarin. Mungkin tidak.

Gummy terus berjalan demi mencari jejak cowok itu. Ditengah kerumunan muda-mudi yang mau menonton atau baru selesai menonton di bioskop. Pasangan muda yang tampak dimabuk asmara, enggan untuk melepaskan tangan pasangannya dan mereka terlihat saling melengkapi, cowoknya membawa makanan dan ceweknya membawa minuman.

Keromantisan di kala pagi, mampu menggoyahkan tubuh Gummy yang kewalahan mencari sosok Abi. Kini ia hanya bisa berdoa meminta pasangan, agar saat ia kembali kesini, Gummy juga merasakan betapa bahagianya bercengkarama dengan sosok pacar idamannya.

Kakinya tepat berdiri di depan pintu masuk gedung bioskop. Matanya membulat lebar, ketika doanya malah disambar dengan kehadiran Abiyan bersama Starla, bukan untuk menyapa Gummy dengan lembut, Starla malah berbisik pada Abiyan. Cowok itu menyeringai saat lewat di depan Gummy. Abiyan meliriknya, begitupun dengan Starla manja yang menjatuhkan kepalanya di pundak Abiyan yang disambut Abi dengan elusan pada rambutnya yang wangi.

Gummy mulai memutar otak. Apa karena Abiyan ingin memperlihatkan keromantisan ini, jadi ia menyuruhku kesini. Bibir Gummy sewot saat Abiyan dan Starla memplototinya. Gummy ingin berbalik punggung,  namun ditahan oleh Abiyan. Starla merengek, menunjukkan

ketidaksukaan cowoknya ketika memegangi wanita selain dia. Gummy sempat terkejut, seperti tersentrum listrik dengan daya tidak terlalu besar. Pandangan mereka bertemu.

"Ternyata lo datang juga."

"Gue kira nggak." Abiyan tersenyum menepuk pundak Gummy beberapa kali, membuat Starla memasang wajah cemburu. Pipinya yang gembung tampak cantik memakai bloss on merah muda, plus ia memanas. Gummy menghirup napas dengan tenang.

"Terus, maksud kaka nyuruh gue kesini ngapain?" Gummy sebal.

"Santai dong!"

"Ada pekerjaan buat lo adik kelas." Abiyan tertawa hambar. Bisa merasakan sebentar lagi, cewek di hadapannya akan segera menolaknya. Gummy mengeryitkan dahi, lalu ia menatap Starla yang nempel berat pada Abiyan.

"Lo harus jadi budak kami berdua." Starla mengeluarkan suaranya. Abiyan langsung menatapnya. Seharusnya, ia yang bilang begitu, bukan Starla. Perkataannya telah disabotase kekasihnya sendiri. Gelengan kepala dengan antusias dikeluarkan oleh Gummy. Rupanya, Abiyan sudah menebaknya terlebih dahulu, bagaimana respon cewek itu, makanya ia terlihat santai. Starla memenjotkan bibirnya, lalu mendongak menatap Abiyan.

"Tenang aja Star, kalau lo bilangin ke bokap lo baru tahu nih bocah. "Abiyan memicingkan mata ke arah Gummy.

Wajah Gummy memanas. Darahnya naik ke ubun-ubun, kalau bukan dua orang ini yang dihadapinya sekarang, sudah pasti ia tonjok satu persatu. Tangannya memegangi kedua pinggangnya. Perlahan, ingin mengucap kata dalam tekanan.

"Kakak kelas yang mempunyai cara kotor." Gummy menggeleng.

Abiyan  menyeringai dan Starla yang tersenyum lebar, seolah tahu cewek itu tak akan berani menolak.Ternyata, ada manfaatnya juga kalau memiliki adik kelas yang tidak bisa apa- apa, karena dengan mudah menggunakannya untuk menyenangkan kakak kelas. Sambil memasang wajah kusut, tubuh yang lesu, dan juga tungkai kaki yang lemas, Gummy bahkan meminta untuk pingsan sekarang. Melihat adik kelasnya sudah tidak berdaya lagi Abiyan dan Starla kompak menunjukkan raut muka kemenangan. Kali ini, mereka berdua menang telak. Gummy terpaksa menuruti kemauan dari kakak kelasnya yang sangat menjerumuskannya ke dalam lubang kelicikan.

Sebenarnya kalian menyukai Gummy atau tidak. Gummy terperosok, hampir tergelinding, karena membawa popcorn pesanan kakak kelasnya yang budiman itu.Ia berjalan tepat di belakang Abiyan dan Starla yang saling bergandengan. Tidak hanya sampai disitu penyiksaan ini terjadi, Gummy disuruh membawa barang belanjaan Starla yang banyak.

Abiyan sesekali melirik Gummy yang kewalahan, karena membawa banyak barang yang menurut beberapa orang tidak terlalu penting, hanya berisi cermin besar, topi couple yang dibeli Starla dengan penuh cinta, dan juga snack yang menggairahkan perut Gummy, Gummy lapar.

Abiyan menatap menatap Gummy dengan lekat, lalu memundurkan jalannya untuk menyeimbangi kaki Gummy. Gadis itu menatapnya juga. Tidak sengaja pandangan mereka bertemu, untung Starla asyik memperhatikan sekitar, jadi tidak ada kesempatan lagi untuk melihat kelakuan Abiyan. Keceriaan terpancar dari wajah Gummy, ia bahkan tak sadar bahwa mereka berjalan bertiga beriringan.